1.Makan Terlalu Cepat
Menelan makanan terlalu cepat bisa berakibat buruk. Banyak udara
tertelan yang dapat mengakibatkan kembung. Terburu-buru mengunyah dan
menelan makanan dapat mengakibatkan gangguan pencernaan, karena
sebenarnya di mulut, makanan dihaluskan oleh gigi dan dibantu air liur.
Terlalu cepat waktu di mulut mengakibatkan lambung bekerja lebih keras.
Makan terlalu cepat juga membuat tubuh jadi gemuk, karena tidak
memberikan cukup waktu bagi otak untuk mengirim sinyal ke perut. Paling
tidak dibutuhkan 20 menit untuk memberi pesan bahwa perut Anda penuh.
2. Melewatkan Sarapan
Mungkin pagi hari sangat sibuk, jalanan macet, takut terlambat tiba di
sekolah atau di kantor menyebabkan banyak orang melewatkan sarapan.
Kadar gula darah biasanya turun di malam hari, jadi otak kita biasanya
kosong sampai kita makan di pagi hari. Studi menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir, mengingat dan bekerja meningkat apabila di pagi hari kita
menyempatkan diri untuk sarapan. Selain itu makan pagi mengurangi
keinginan nyemil sebelum jam makan siang atau makan lebih banyak kalori
di siang hari. Makan sarapan benar-benar membantu kita menjaga berat
badan.
3. Makan sebelum tidur malam hari
Metabolisme tubuh menurun dan mencerna makanan lebih lambat di malam
hari. Bila kita makan kebanyakan di malam hari, tubuh akan bekerja lebih
keras menyerap nutrisi sementara energi dibawa tidur sehingga jadilah
lemak. Sebagian organ-organ terpaksa harus kerja keras mencerna dan
menyerap makanan di malam hari, sehingga meskipun tubuh anda “tidur”,
namun sebagian organ tetap bekerja, sehingga tubuh tidak beristirahat
total, pemulihan kurang sehingga bangun pagi terasa kurang segar.
4. Kebanyakan minum kopi
Ilmuwan dari Johns Hopkins Medical School memberitakan bahwa orang yang
minum lebih dari 5 cangkir kopi setiap hari beresiko 3 x lebih besar
mempunyai masalah pada organ hati dibandingkan dengan orang yang tidak
suka minum kopi. Penemuan lain dari peneliti Belanda menemukan bahwa
wanita yang minum terlalu banyak kopi dapat mempunyai masalah kesuburan.
Penelitian lain menunjukkan minum 3 cangkir kopi sehari bisa
meningkatkan resiko kanker pankreas.
5. Kebanyakan gula
Kebanyakan kadar gula dalam darah mengakibatkan diabetes. Banyak orang
menjadi gemuk bukan karena kandungan kalori dalam gula namun karena gula
memiliki peran dalam mempengaruhi keseimbangan hormon kita. Nafsu
makan meningkat dan
6. Merokok setelah makan
Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan kapanpun dilakukan, namun
bahayanya berlipat-lipat bila dilakukan setelah makan. Penelitian para
ahli menemukan bahwa merokok sebatang rokok setelah makan sama dengan 10
batang (resiko kanker jauh lebih besar).
7. Melakukan diet ketat di hari biasa, namun “balas dendam” di weekend
Setelah dari Senin – Jumat sukses mengerem diri, namun saat weekend,
banyak orang libur diet dan makan terlalu banyak. Hal ini kurang baik.
8. Makan makanan mentah
Sudah banyak artikel yang membahas bahwa makan makanan mentah sangat
tidak baik dan tidak higienis bagi tubuh, terutama ancaman bakteri yang
belum mati.
9. Makan menjadi pelampiasan saat sedih dan kecewa
Banyak orang saat merasa tertekan perlu menghibur diri dan makan kalori lebih banyak, hal ini tidaklah baik.
10. Tidak cukup minum air
Tahukah anda bahwa setiap saat kita merasa haus tandanya kita telah
dehidrasi? Kekurangan cairan membuat tubuh kita terasa capai dan lapar,
membuat kita mencari makanan padahal sebetulnya yang kita butuhkan
adalah segelas air. Biasakan bawa sebotol air kemanapun anda pergi agar
kebutuhan cairan anda terpenuhi. Hal ini membantu kita mengontrol nafsu
makan dan berat badan.
Minggu, 04 Desember 2011
Tips Melawan Malas Saat Bangun Pagi
Apa yang Anda lakukan ketika membuka mata dan terbangun di pagi hari?
Kebanyakan Anda pasti akan menjawab malas beranjak dari kasur. Segera
hilangkan malas dan susun semangat di jam-jam awal mata terbuka dengan
beberapa langkah tepat berikut.
Gerakan yang tepat di pagi hari akan membuat Anda fokus, bersemangat dan tampak positif meski rutinitas sehari-hari cukup melelahkan. Dikutip dari Prevention, Senin (10/8/2009), ini dia 8 tips yang akan membuat Anda menyambut pagi dengan lebih bersemangat.
1. Lihatlah Sesuatu Yang Berwarna
"Ketika mata Anda terbuka dan melihat sesuatu yang berwarna, adrenalin akan terpicu dan seketika itu pula energi Anda akan terdorong," ujar Leatrice Eiseman, direktur eksekutif dari Pantone Color Institute.
Gunakan warna-warna cerah seperti merah, orange atau kuning pada bantal, selimut atau apapun yang berada dekat area kasur ketika Anda membuka mata untuk pertama kalinya.
2. Bangun dan Lihatlah Bunga Mawar
"Melihat sekuntum bunga mawar ketika terbangun, terutama bagi wanita akan meningkatkan mood dan semangatnya yang akan bertahan sepanjang hari," ujar Nancy Etcoff, PhD, anggota Harvard Medical School and the Harvard University Mind/Brain/Behavior Initiative.
3. Berhenti Memencet Tombol 'Snooze' di Alarm Anda
"Ketika Anda menekan tombol snooze, otak Anda tahu dan akan berkata bahwa bunyi itu akan mati beberapa menit lagi, sehingga Anda akan tertidur lebih pulas. Tapi itu juga artinya Anda akan lebih capek mendengar bunyi itu daripada ketika mendengar bunyi itu pertama kalinya.
"Strategi yang paling tepat adalah menyetel alarm pada jam dimana Anda benar-benar akan bangun, tidak usah menyetelnya lebih awal karena Anda tahu hal itu hanya akan membuat Anda lebih sering menekan tombol snooze," ujar Jodi Mindell, PhD dari The Sleep Disorders Center at the Children's Hospital of Philadelphia.
4. Gambarkan Harimu Sejenak
Ketika Anda benar-benar terbangun, tutup mata sejenak dan gambarkan apa yang akan Anda kerjakan pada hari itu dengan penuh semangat dan positif. "Berimajinasi tentang aktivitas selanjutnya akan merangsang otak untuk berpikir dan Anda akan berusaha mewujudkannya ketika benar-benar beraktivitas," ujar Dana Lightman, PhD, psikolog dai Abington, PA.
5. Minumlah Air Segera Setelah Bangun
Meminum segelas air segera setelah terbangun adalah cara yang baik untuk mengganti cairan tubuh yang berkurang semalamnya. "Segala sesuatu yang terjadi di dalam tubuh memerlukan air. Tanpa air yang cukup, sistem metabolisme dalam tubuh akan bekerja lebih keras yang dapat menyebabkan melemahnya fungsi organ," ujar Holly Andersen, MD, seorang asisten profesor di Weill Cornell Medical Center.
6. Biarkan Sinar Matahari Masuk
Sinar matahari yang menyentuh kulit akan membuat Anda lebih terbangun. Bacalah koran di dekat jendela atau keluarlah untuk sekedar minum kopi beberapa menit.
"Cahaya pagi yang masuk ke dalam tubuh bagaikan jam biologis yang akan menghentikan sekresi melatonin, hormon yang membuat seseorang mengantuk dan meningkatkan hormon serotonin yang memicu mood seseorang" ujar James B. Maas, PhD, seorang profesor psikologi di Cornell University.
7. Beri Sedikit Pijatan Di Wajah
Memijat area di sekitar wajah akan meningkatkan sirkulasi darah dan mempercepat bangun tidur. Mulailah memijat dari daerah kening, pipi, pukul-pukul dengan telapak tangan, kemudian daerah dagu dan akhirnya seluruh bagian wajah. Selain meningkatkan sirkulasi darah, gerakan memijat bisa membuat Anda berpijar dengan cepat.
8. Bermainlah Sedikit
Aktivitas fisik adalah satu cara ampuh untuk mengusir malas. "Melakukan seks di pagi hari contohnya bisa meningkatkan mood Anda karena beberapa hormon akan keluar, seperti hormon peningkat stamina (testosteron), energi (dopamin) dan ketenangan (oxytocin)," ujar Helen E. Fisher, PhD, seorang anthropolog dari Rutgers University.
Gerakan yang tepat di pagi hari akan membuat Anda fokus, bersemangat dan tampak positif meski rutinitas sehari-hari cukup melelahkan. Dikutip dari Prevention, Senin (10/8/2009), ini dia 8 tips yang akan membuat Anda menyambut pagi dengan lebih bersemangat.
1. Lihatlah Sesuatu Yang Berwarna
"Ketika mata Anda terbuka dan melihat sesuatu yang berwarna, adrenalin akan terpicu dan seketika itu pula energi Anda akan terdorong," ujar Leatrice Eiseman, direktur eksekutif dari Pantone Color Institute.
Gunakan warna-warna cerah seperti merah, orange atau kuning pada bantal, selimut atau apapun yang berada dekat area kasur ketika Anda membuka mata untuk pertama kalinya.
2. Bangun dan Lihatlah Bunga Mawar
"Melihat sekuntum bunga mawar ketika terbangun, terutama bagi wanita akan meningkatkan mood dan semangatnya yang akan bertahan sepanjang hari," ujar Nancy Etcoff, PhD, anggota Harvard Medical School and the Harvard University Mind/Brain/Behavior Initiative.
3. Berhenti Memencet Tombol 'Snooze' di Alarm Anda
"Ketika Anda menekan tombol snooze, otak Anda tahu dan akan berkata bahwa bunyi itu akan mati beberapa menit lagi, sehingga Anda akan tertidur lebih pulas. Tapi itu juga artinya Anda akan lebih capek mendengar bunyi itu daripada ketika mendengar bunyi itu pertama kalinya.
"Strategi yang paling tepat adalah menyetel alarm pada jam dimana Anda benar-benar akan bangun, tidak usah menyetelnya lebih awal karena Anda tahu hal itu hanya akan membuat Anda lebih sering menekan tombol snooze," ujar Jodi Mindell, PhD dari The Sleep Disorders Center at the Children's Hospital of Philadelphia.
4. Gambarkan Harimu Sejenak
Ketika Anda benar-benar terbangun, tutup mata sejenak dan gambarkan apa yang akan Anda kerjakan pada hari itu dengan penuh semangat dan positif. "Berimajinasi tentang aktivitas selanjutnya akan merangsang otak untuk berpikir dan Anda akan berusaha mewujudkannya ketika benar-benar beraktivitas," ujar Dana Lightman, PhD, psikolog dai Abington, PA.
5. Minumlah Air Segera Setelah Bangun
Meminum segelas air segera setelah terbangun adalah cara yang baik untuk mengganti cairan tubuh yang berkurang semalamnya. "Segala sesuatu yang terjadi di dalam tubuh memerlukan air. Tanpa air yang cukup, sistem metabolisme dalam tubuh akan bekerja lebih keras yang dapat menyebabkan melemahnya fungsi organ," ujar Holly Andersen, MD, seorang asisten profesor di Weill Cornell Medical Center.
6. Biarkan Sinar Matahari Masuk
Sinar matahari yang menyentuh kulit akan membuat Anda lebih terbangun. Bacalah koran di dekat jendela atau keluarlah untuk sekedar minum kopi beberapa menit.
"Cahaya pagi yang masuk ke dalam tubuh bagaikan jam biologis yang akan menghentikan sekresi melatonin, hormon yang membuat seseorang mengantuk dan meningkatkan hormon serotonin yang memicu mood seseorang" ujar James B. Maas, PhD, seorang profesor psikologi di Cornell University.
7. Beri Sedikit Pijatan Di Wajah
Memijat area di sekitar wajah akan meningkatkan sirkulasi darah dan mempercepat bangun tidur. Mulailah memijat dari daerah kening, pipi, pukul-pukul dengan telapak tangan, kemudian daerah dagu dan akhirnya seluruh bagian wajah. Selain meningkatkan sirkulasi darah, gerakan memijat bisa membuat Anda berpijar dengan cepat.
8. Bermainlah Sedikit
Aktivitas fisik adalah satu cara ampuh untuk mengusir malas. "Melakukan seks di pagi hari contohnya bisa meningkatkan mood Anda karena beberapa hormon akan keluar, seperti hormon peningkat stamina (testosteron), energi (dopamin) dan ketenangan (oxytocin)," ujar Helen E. Fisher, PhD, seorang anthropolog dari Rutgers University.
Jumat, 02 Desember 2011
Pola hidup sehat itu gampang... :)
Bagi semua orang.., pasti menginginkan hidup sehat jasmani dan rohani kalau tidak begitu,berarti itu bukan orang, heheee...berikut adalah 5 tata cara atau 5 Pola Hidup Sehat 1. Kurangi makanan berlemak tinggi, contohnya margarin, santan, dan mentega,lebih
baik kita mengkonsumsi lemak yang sehat, yaitu dari kacang-kacangan,
hindari makanan bersantan kental jeroan, ataupun kuning telur dan kulit
ayam. Tips : makanlah daging tanpa lemak, susu kedelai, yogurt, putih telur, ikan, dan susu rendah lemak,,
2. Ingat..hindari
makanan yang berpengawet dalam jangka panjang, jangan mengkonsumsi
makanan tersebut secara terus-menerus, hal itu dapat memicu tumbuhnya
kanker.
3. Konsumsi makanan yang menggunakan pewarna alami,,dan jauhi makanan yang memakai pewarna buatan,karena itu tidak bagus bagi kesehatan,,
Tips : Perbanyak makan sayuran dan buah-buahan,karena itu sangat menyehatkan
4. Ini.., tehnik pengolahan makanan,, juga harus di perhatikan,karena ini juga berpengaruhpilihlah cara, menggoreng, d kukus, di rebus, dan di tumis, tentu saja dengan sedikit minyak,,
5. Terakhir untuk pelengkap...Perbanyak
minum air putih, mineral 8 gelas sehari, hindari minuman beralkohol,
bersoda dan minuman dengan kandungan gula dan kafein tinggi.
Tips : Jangan lupa meminum jus dari buah-buahan dan sayuran, karena seperti yang saya bilang tadi,sayur dan buah-buahan baik untuk kita
Jumat, 01 Juli 2011
TUJUH CARA MENUJU HIDUP SEHAT
Keadaan gizi lebih dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan, antara lain : tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, kegemukan (obesitas), sulit buang air besar (sembelit), kanker lambung, bisul-bisul pada usus, gangguan pada ginjal, dan lain-lain. Hal ini dapat dicegah antara lain melaui pola konsumsi pangan yang berimbang.
Variasikan Konsumsi Pangan
Tujuannya adalah mengkonsumsi bermacam-macam makanan agar semua kebutuhan tubuh akan energi, protein, asam-asam lemak, vitamin, dan mineral dapat terpenuhi. Hal inilah yang sesungguhnya terkandung dalam tujuan Program Penganekaragaman Pangan yang dicanangkan oleh pemerintah sejak beberapa tahun yang lalu.
Secara teoritis, kebutuhan tubuh akan protein akan dapat dipenuhi dengan hanya mengkonsumsi pangan nabati (serealia atau umbi-umbian ditambah kacang-kacangan). Namun disarankan agar konsumsi sumber protein hewani dapat dilakukan sampai minimal seperti jumlah protein yang dibutuhkan, karena sumber ini juga merupakan sumber vitamin B12 dan protein hewani dapat membantu penyerapan mineral (terutama zat besi) dari usus.
Tubuh tidak memerlukan lemak, yang dibutuhkan tubuh sesungguhnya adalah asam-asam lemak esensial; dan senyawa ini hanya dapat ditemukan dalam minyak nabati (kecuali minyak kelapa).
Konsumsi pangan yang beragam biasanya akan dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin dan mineral. Sebaiknya konsumsi tambahan vitamin atau mineral (tablet atau kapsul) hanya dilakukan atas petunjuk dokter.
Pertahankan Berat Badan Ideal
Berat badan seseorang ditentukan oleh keseimbangan antara energi yang masuk ke dalam tubuh (melalui makanan) dengan energi yang digunakan oleh tubuh baik untuk pergerakan organ-organ di dalam tubuh maupun untuk pergerakan aktivitas tubuh. Bila keseimbangannya negatif, maka seseorang akan menjadi kurus; sebaliknya jika keseimbangannya positif, maka orang tersebut akan menjadi gemuk. Oleh karena itu dokter atau ahli gizi selalu menganjurkan banyak berolahraga bagi penderita kegemukan agar keseimbangan yang positif tersebut berubah menjadi negatif, sehingga akan menguruskan badannya.
Kurangi Konsumsi Lemak Dan Kolesterol
Asam-asam lemak esensial hanya dapat diperoleh dari minyak/lemak nabati, misalnya minyak jagung, kedelai, bunga matahari, biji kapas, dan lain-lain (kecuali minyak kelapa). Selain karena tidak mengandung kolesterol, minyak nabati yang banyak mengandung asam-asam lemak tidak jenuh, dapat berfungsi untuk mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah. Sebaliknya, lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dan juga kolesterol.
Daging sangat baik untuk kesehatan tubuh, karena mengandung protein bermutu tinggi dan juga sumber vitamin-vitamin dan mineral. Yang perlu dihindari adalah terlalu banyak mengkonsumsi lemak dan kolesterolnya.
Tingkatkan Konsumsi Pati Dan Serat
Bila konsumsi lemak dikurangi, energi bagi tubuh harus dipenuhi oleh zat lain, yaitu pati dan protein. Suatu cara diet yang lebih mengandalkan pada protein (misalnya apa yang disebut sebagai ‘diet harimau’ yang hanya mengkonsumsi daging), sesungguhnya kurang baik. Protein yang dikonsumsi tanpa disertai karbohidrat (pati) yang cukup akan sulit untuk dimetabolisasi oleh tubuh. Demikian pula konsumsi protein yang tinggi akan memberatkan kerja ginjal untuk membuang sisi metabolisme.
Meskipun tidak pernah disebutkan bahwa pati bersifat esensial bagi tubuh, namun karena tanpa adanya pati tersebut akan terjadi kesulitan metabolisme baik protein maupun lemak. Maka nampaknya, walaupun dalam jumlah sedikit, pati harus tetap dikonsumsi. Dan akan lebih baik lagi, bila pati tersebut berasal dari bahan pangan sumber karbohidrat kompleks, seperti kacang-kacangan, koro-koroan, biji-bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan; karena bahan pangan tersebut akan meningkatkan kadar serat dalam ransum.
Penelitian-penelitian mutakhir membuktikan bahwa serat makanan tersebut sangat berguna bagi kesehatan tubuh. Kegunaannya yang terpenting adalah melancarkan buang air besar, yang berarti membantu melancarkan pembuangan zat/senyawa yang tidak diperlukan tubuh, misalnya zat racun, logam berat, dan termasuk kelebihan kolesterol.
Kurangi Konsumsi Gula Dan Garam
Gula merupakan bahan pangan yang dapat langsung diserap oleh tubuh tanpa melalui proses pencernaan terlebih dulu. Karena itu gula seringkali disebut sebagai sumber energi yang siap pakai, dan oleh karena itu konsumsi gula dalam jumlah banyak dapat segera menimbulkan kegemukan, karena akan diubah oleh tubuh menjadi lemak.
Terlalu banyak mengkonsumsi garam dapur (NaCl) dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Selanjutnya penyakit tekanan darah tinggi ini dapat diikuti oleh timbulnya gangguan kesehatan yang lain.
Minum Alkohol Secara Wajar
Minuman beralkohol mengandung energi dalam jumlah tinggi, tetapi rendah dalam kandungan zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Seringkali terjadi para pecandu alkohol nafsu makannya terganggu karena kebutuhan energinya terpenuhi dari alkohol, dan akibatnya timbul apa yang disebut gizi-kurang. Selain itu alkohol juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati dan bersifat sinergis terhadap karsinogenitas asap rokok.
Sumber : Kompas, Minggu 28 Oktober 1990
Variasikan Konsumsi Pangan
Tujuannya adalah mengkonsumsi bermacam-macam makanan agar semua kebutuhan tubuh akan energi, protein, asam-asam lemak, vitamin, dan mineral dapat terpenuhi. Hal inilah yang sesungguhnya terkandung dalam tujuan Program Penganekaragaman Pangan yang dicanangkan oleh pemerintah sejak beberapa tahun yang lalu.
Secara teoritis, kebutuhan tubuh akan protein akan dapat dipenuhi dengan hanya mengkonsumsi pangan nabati (serealia atau umbi-umbian ditambah kacang-kacangan). Namun disarankan agar konsumsi sumber protein hewani dapat dilakukan sampai minimal seperti jumlah protein yang dibutuhkan, karena sumber ini juga merupakan sumber vitamin B12 dan protein hewani dapat membantu penyerapan mineral (terutama zat besi) dari usus.
Tubuh tidak memerlukan lemak, yang dibutuhkan tubuh sesungguhnya adalah asam-asam lemak esensial; dan senyawa ini hanya dapat ditemukan dalam minyak nabati (kecuali minyak kelapa).
Konsumsi pangan yang beragam biasanya akan dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin dan mineral. Sebaiknya konsumsi tambahan vitamin atau mineral (tablet atau kapsul) hanya dilakukan atas petunjuk dokter.
Pertahankan Berat Badan Ideal
Berat badan seseorang ditentukan oleh keseimbangan antara energi yang masuk ke dalam tubuh (melalui makanan) dengan energi yang digunakan oleh tubuh baik untuk pergerakan organ-organ di dalam tubuh maupun untuk pergerakan aktivitas tubuh. Bila keseimbangannya negatif, maka seseorang akan menjadi kurus; sebaliknya jika keseimbangannya positif, maka orang tersebut akan menjadi gemuk. Oleh karena itu dokter atau ahli gizi selalu menganjurkan banyak berolahraga bagi penderita kegemukan agar keseimbangan yang positif tersebut berubah menjadi negatif, sehingga akan menguruskan badannya.
Kurangi Konsumsi Lemak Dan Kolesterol
Asam-asam lemak esensial hanya dapat diperoleh dari minyak/lemak nabati, misalnya minyak jagung, kedelai, bunga matahari, biji kapas, dan lain-lain (kecuali minyak kelapa). Selain karena tidak mengandung kolesterol, minyak nabati yang banyak mengandung asam-asam lemak tidak jenuh, dapat berfungsi untuk mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah. Sebaliknya, lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dan juga kolesterol.
Daging sangat baik untuk kesehatan tubuh, karena mengandung protein bermutu tinggi dan juga sumber vitamin-vitamin dan mineral. Yang perlu dihindari adalah terlalu banyak mengkonsumsi lemak dan kolesterolnya.
Tingkatkan Konsumsi Pati Dan Serat
Bila konsumsi lemak dikurangi, energi bagi tubuh harus dipenuhi oleh zat lain, yaitu pati dan protein. Suatu cara diet yang lebih mengandalkan pada protein (misalnya apa yang disebut sebagai ‘diet harimau’ yang hanya mengkonsumsi daging), sesungguhnya kurang baik. Protein yang dikonsumsi tanpa disertai karbohidrat (pati) yang cukup akan sulit untuk dimetabolisasi oleh tubuh. Demikian pula konsumsi protein yang tinggi akan memberatkan kerja ginjal untuk membuang sisi metabolisme.
Meskipun tidak pernah disebutkan bahwa pati bersifat esensial bagi tubuh, namun karena tanpa adanya pati tersebut akan terjadi kesulitan metabolisme baik protein maupun lemak. Maka nampaknya, walaupun dalam jumlah sedikit, pati harus tetap dikonsumsi. Dan akan lebih baik lagi, bila pati tersebut berasal dari bahan pangan sumber karbohidrat kompleks, seperti kacang-kacangan, koro-koroan, biji-bijian, sayur-sayuran dan buah-buahan; karena bahan pangan tersebut akan meningkatkan kadar serat dalam ransum.
Penelitian-penelitian mutakhir membuktikan bahwa serat makanan tersebut sangat berguna bagi kesehatan tubuh. Kegunaannya yang terpenting adalah melancarkan buang air besar, yang berarti membantu melancarkan pembuangan zat/senyawa yang tidak diperlukan tubuh, misalnya zat racun, logam berat, dan termasuk kelebihan kolesterol.
Kurangi Konsumsi Gula Dan Garam
Gula merupakan bahan pangan yang dapat langsung diserap oleh tubuh tanpa melalui proses pencernaan terlebih dulu. Karena itu gula seringkali disebut sebagai sumber energi yang siap pakai, dan oleh karena itu konsumsi gula dalam jumlah banyak dapat segera menimbulkan kegemukan, karena akan diubah oleh tubuh menjadi lemak.
Terlalu banyak mengkonsumsi garam dapur (NaCl) dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Selanjutnya penyakit tekanan darah tinggi ini dapat diikuti oleh timbulnya gangguan kesehatan yang lain.
Minum Alkohol Secara Wajar
Minuman beralkohol mengandung energi dalam jumlah tinggi, tetapi rendah dalam kandungan zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Seringkali terjadi para pecandu alkohol nafsu makannya terganggu karena kebutuhan energinya terpenuhi dari alkohol, dan akibatnya timbul apa yang disebut gizi-kurang. Selain itu alkohol juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati dan bersifat sinergis terhadap karsinogenitas asap rokok.
Sumber : Kompas, Minggu 28 Oktober 1990
Aspek Gizi Asam Lemak Esensial
Asam lemak adalah bagian dari molekul lemak. Ini dapat berfungsi sebagai zat penyusun lemak tubuh atau dapat juga digunakan tubuh untuk menghasilkan energi. Asam lemak atau lemak di dalam tubuh selain berasal dari lemak/minyak yang dikonsumsi, juga dapat berupa hasil sitensis tubuh dari karbohidrat atau protein.
Sesungguhnya tubuh tidak memerlukan konsumsi lemak, karena dapat disintesis dari karbohidrat maupun protein. Namun terdapat beberapa asam lemak yang tidak dapat disintesis oleh tubuh, sehingga harus disuplai dari makanan dan asam lemak esensial.
Metabolisme dan Fungsi
Istilah asam lemak esensial pada awalnya digunakan untuk asam-asam lemak yang memberikan gejala sakit pada tikus yang diberi ransum bebas lemak tetapi cukup mengandung zat-zat gizi yang lain.
Asam linoleat (18:2 omega 6), linoleat (18:3, omega 3) dan arahidonat (20:4 omega 6), merupakan asam-asam lemak yang pertama kali ditemukan bersifat esensial dan sampai sekarang digolongkan sebagai asam lemak esensial utama. Asam lemak tersebut tergolong sebagai asam lemak tidak jenuh.
Sedikitnya ada dua fungsi asam lemak esensisal bagi tubuh yaitu : (1) sebagai komponen semua tubuh dan menentukan sifat-sifat biokimia dan (2) sebagai prekursor prostaglandin suatu senyawa biologis yang aktif.
Masing-masing asam lemak esensial mempunyai fungsi yang berbeda, demikian pula prostaglandin mempunyai fungsi tersendiri. Linoleat dan arahidonat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan fungsi kulit yang normal, sedangkan prostaglandin yang diproduksi arahidonat diperlukan untuk berfungsinya ginjal, koagulasi darah, kesuburan dan kehamilan.
Sumber dalam Makanan
Bahan pangan yang banyak mengandung asam lemak esensial terutama adalah kacang-kacangan dan biji-bijian, misalnya kacang kedelai, kacang tanah, minyak jagung, minyak biji, bunga matahari, minyak biji kapas, algae, ikan (terutama ikan laut) dan kerang-kerangan.
Karena asam lemak esensial merupakan asam lemak yang mudah rusak maka pengolahan makanan perlu dilakukan secara hati-hati agar manfaat lemak esensialnya masih dapat diperoleh. Misalnya penggunaan suhu pemasakan yang tidak terlalu tinggi atau waktu pemasakan yang tidak terlalu lama serta meng hindarkan terlalu banyak kontak dengan udara dan cahaya matahari.
Penggunaan minyak (jagung, kedelai, bunga matahari, dan biji kapas) sebagai minyak goreng, tidak terlalu menguntungkan karena asam lemak esensialnya dapat rusak pada suhu penggorengan, dan selain itu minyak yang terbawa dalam makanan yang digoreng juga tidak terlalu banyak. Sebaliknya minyak-minyak tersebut digunakan dalam tumis sayuran atau dicampurkan dalam sayuran (selada), agar jumlah yang terkomsumsi cukup banyak dan dalam keadaan baik.
Defisiensi dan Kebutuhan
Suplai asam lemak esensial (melalui konsumsi makanan) yang tidak cukup dapat membawa akibat yang kurang baik seperti : (1) pertumbuhan terhambat, (2) kulit ruam, (3) meningkatnya kehilangan air melalui kulit, (4) menurunkan efesiensi penggunaan zat-zat gizi, (5) penimbunan lemak dalam hati, (6) penurunannya produksi prostaglandin (dengan akibat yang timbul karena defesiensi prostaglandin) dan (7) terganggunya metabolisme lipoprotein.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa defesiensi protein dan atau asam lemak esensial dapat mempengaruhi secara negatif aktivitas reproduksi, pertumbuhan yang normal, serta fungsi otak dan hati. Data mutakhir menunjukkan bahwa asam lemak arahidonat dan dokosaheksaenoat diperlukan untuk perkembangan yang normal sistim syaraf pusat.
Energi bagi tubuh dapat disuplai baik oleh karbohidrat (pati, gula), lamak maupun protein. Kebutuhan tubuh manusia akan energi bervariasi menurut umur, jenis kelamin dan jenis pekerjaan (aktivitas tubuh). Bagi orang dewasa di Indonesia kebutuhan tersebut rata-rata sekitar 2100 kilokalori.
FAO (Food and Agriculture Organization) menganjurkan agar asam lemak esensial dikonsumsi sedikitnya sebanyak 3% dari total energi yang dikonsumsi, baik untuk anak maupun orang dewasa. Selama masa kehamilan dan menyusui, FAO merekomondasikan masing-masing sebanyak 4,5 dan 5-7% dari total energi yang dikonsumsi. Asam lemak esensial termasuk sejumlah kecil asam lemak esensial berantai panjang, terdapat 8% dari jumlah energi yang terkandung dalam air susu ibu (ASI). Karena itu idealnya susu pengganti ibu harus mengandung asam lemak esensisal sebanyak yang terdapat dalam ASI.
Aspek Gizi Lain
Kadar kolesterol yang tinggi dalam plasma darah cenderung menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner. Karena itu pencegahan timbulnya penyakit ini salah satunya adalah dengan menurunkan kadar kolesterol dalam plasma.
Asam lemak esensial sebagai asam lemak tidak jenuh dapat berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol plasma tersebut, dengan cara meningkatkan degradasi kolesterol oleh jaringan-jaringan tubuh.
Data mutakhir menunjukkan bahwa asam lemak omega 4 yang berasal dari ikan dan hasil laut lainnya dapat berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam plasma darah. Karena itu orang sekarang berlomba untuk meningkatkan konsumsi ikan dan hasil laut dalam rangka pencegahan timbulnya penyakit jantung koroner.
Sumber : Pelita, Minggu, 4 Nopember 1990
Sesungguhnya tubuh tidak memerlukan konsumsi lemak, karena dapat disintesis dari karbohidrat maupun protein. Namun terdapat beberapa asam lemak yang tidak dapat disintesis oleh tubuh, sehingga harus disuplai dari makanan dan asam lemak esensial.
Metabolisme dan Fungsi
Istilah asam lemak esensial pada awalnya digunakan untuk asam-asam lemak yang memberikan gejala sakit pada tikus yang diberi ransum bebas lemak tetapi cukup mengandung zat-zat gizi yang lain.
Asam linoleat (18:2 omega 6), linoleat (18:3, omega 3) dan arahidonat (20:4 omega 6), merupakan asam-asam lemak yang pertama kali ditemukan bersifat esensial dan sampai sekarang digolongkan sebagai asam lemak esensial utama. Asam lemak tersebut tergolong sebagai asam lemak tidak jenuh.
Sedikitnya ada dua fungsi asam lemak esensisal bagi tubuh yaitu : (1) sebagai komponen semua tubuh dan menentukan sifat-sifat biokimia dan (2) sebagai prekursor prostaglandin suatu senyawa biologis yang aktif.
Masing-masing asam lemak esensial mempunyai fungsi yang berbeda, demikian pula prostaglandin mempunyai fungsi tersendiri. Linoleat dan arahidonat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan fungsi kulit yang normal, sedangkan prostaglandin yang diproduksi arahidonat diperlukan untuk berfungsinya ginjal, koagulasi darah, kesuburan dan kehamilan.
Sumber dalam Makanan
Bahan pangan yang banyak mengandung asam lemak esensial terutama adalah kacang-kacangan dan biji-bijian, misalnya kacang kedelai, kacang tanah, minyak jagung, minyak biji, bunga matahari, minyak biji kapas, algae, ikan (terutama ikan laut) dan kerang-kerangan.
Karena asam lemak esensial merupakan asam lemak yang mudah rusak maka pengolahan makanan perlu dilakukan secara hati-hati agar manfaat lemak esensialnya masih dapat diperoleh. Misalnya penggunaan suhu pemasakan yang tidak terlalu tinggi atau waktu pemasakan yang tidak terlalu lama serta meng hindarkan terlalu banyak kontak dengan udara dan cahaya matahari.
Penggunaan minyak (jagung, kedelai, bunga matahari, dan biji kapas) sebagai minyak goreng, tidak terlalu menguntungkan karena asam lemak esensialnya dapat rusak pada suhu penggorengan, dan selain itu minyak yang terbawa dalam makanan yang digoreng juga tidak terlalu banyak. Sebaliknya minyak-minyak tersebut digunakan dalam tumis sayuran atau dicampurkan dalam sayuran (selada), agar jumlah yang terkomsumsi cukup banyak dan dalam keadaan baik.
Defisiensi dan Kebutuhan
Suplai asam lemak esensial (melalui konsumsi makanan) yang tidak cukup dapat membawa akibat yang kurang baik seperti : (1) pertumbuhan terhambat, (2) kulit ruam, (3) meningkatnya kehilangan air melalui kulit, (4) menurunkan efesiensi penggunaan zat-zat gizi, (5) penimbunan lemak dalam hati, (6) penurunannya produksi prostaglandin (dengan akibat yang timbul karena defesiensi prostaglandin) dan (7) terganggunya metabolisme lipoprotein.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa defesiensi protein dan atau asam lemak esensial dapat mempengaruhi secara negatif aktivitas reproduksi, pertumbuhan yang normal, serta fungsi otak dan hati. Data mutakhir menunjukkan bahwa asam lemak arahidonat dan dokosaheksaenoat diperlukan untuk perkembangan yang normal sistim syaraf pusat.
Energi bagi tubuh dapat disuplai baik oleh karbohidrat (pati, gula), lamak maupun protein. Kebutuhan tubuh manusia akan energi bervariasi menurut umur, jenis kelamin dan jenis pekerjaan (aktivitas tubuh). Bagi orang dewasa di Indonesia kebutuhan tersebut rata-rata sekitar 2100 kilokalori.
FAO (Food and Agriculture Organization) menganjurkan agar asam lemak esensial dikonsumsi sedikitnya sebanyak 3% dari total energi yang dikonsumsi, baik untuk anak maupun orang dewasa. Selama masa kehamilan dan menyusui, FAO merekomondasikan masing-masing sebanyak 4,5 dan 5-7% dari total energi yang dikonsumsi. Asam lemak esensial termasuk sejumlah kecil asam lemak esensial berantai panjang, terdapat 8% dari jumlah energi yang terkandung dalam air susu ibu (ASI). Karena itu idealnya susu pengganti ibu harus mengandung asam lemak esensisal sebanyak yang terdapat dalam ASI.
Aspek Gizi Lain
Kadar kolesterol yang tinggi dalam plasma darah cenderung menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner. Karena itu pencegahan timbulnya penyakit ini salah satunya adalah dengan menurunkan kadar kolesterol dalam plasma.
Asam lemak esensial sebagai asam lemak tidak jenuh dapat berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol plasma tersebut, dengan cara meningkatkan degradasi kolesterol oleh jaringan-jaringan tubuh.
Data mutakhir menunjukkan bahwa asam lemak omega 4 yang berasal dari ikan dan hasil laut lainnya dapat berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam plasma darah. Karena itu orang sekarang berlomba untuk meningkatkan konsumsi ikan dan hasil laut dalam rangka pencegahan timbulnya penyakit jantung koroner.
Sumber : Pelita, Minggu, 4 Nopember 1990
IODIUM CEGAH LOST GENERATION
Meskipun hanya sedikit dibutuhkan, iodium berpengaruh besar pada kualitas kesehatan seseorang. Bukan cuma menyebabkan gondok, tetapi juga membuat cebol dan bodoh. Selain garam beriodium, makanlah rumput laut dan aneka ikan.
Salah satu masalah gizi yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dewasa ini adalah gangguan akibat kekurangan iodium, biasa disingkat GAKI. Tiga macam strategi yang telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan jumlah penderita GAKI adalah: (1) memberikan suplemen kapsul minyak beriodium di daerah endemik, (2) program iodisasi garam, serta (3) diversifikasi konsumsi pangan sumber iodium.
Program pemberian suplemen kapsul beriodium merupakan program jangka pendek yang sangat mahal biayanya, sehingga tidak mungkin diterapkan secara nasional dan berkesinambungan. Program iodisasi garam yang telah dilakukan pemerintah sejak tahun 1990, hingga saat ini memang belum berjalan dengan baik. Sekitar 20pesen penduduk (lebih kurang 40 juta jiwa) tidak memiliki akses terhadap garam beriodium.
Bertitik tolak dari belum berhasilnya penanggulangan masalah GAKI dengan program suplementasi kapsul beriodium dan iodisasi garam, dirasakan perlunya kehadiran program lain yang lebih membumi. Program itu melalui pendekatan food based, yaitu pengembangan diversifikasi konsumsi pangan yang secara alami memiliki kandungan iodium tinggi.
Apa Itu Iodium? Iodium merupakan mineral yang termasuk unsur gizi esensial walaupun jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh, yaitu hanya 0,00004persen dari berat tubuh atau sekitar 15-23 mg. Itulah sebabnya iodium sering disebut sebagai mineral mikro atau trace element.
Manusia tidak dapat membuat unsur iodium dalam tubuhnya seperti ia membuat protein atau gula. Manusia harus mendapatkan iodium dari luar tubuhnya (secara alamiah), yakni melalui serapan dari iodium yang terkandung dalam makanan dan minuman.
Kebutuhan tubuh akan iodium rata-rata mencapai 1-2 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi menganjurkan konsumsi iodium per hari berdasarkan kelompok umur seperti tercantum pada Tabel 1. Sesungguhnya kebutuhan terhadap iodium sangat kecil, pada orang dewasa hanya 150 mikrogram (1 mikrogram = seperseribu miligram).
Iodium diperlukan tubuh terutama untuk sintesis hormon tiroksin, yaitu suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dalam waktu lama, kelenjar tiroid akan membesar untuk menangkap iodium, yang lebih banyak dari darah. Pembesaran kelenjar tiroid tersebutlah yang sehari-hari kita kenal sebagai penyakit gondok.
Cebol dan Terbelakang GAKI merupakan masalah yang sangat serius karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Survei pemetaan GAKI tahun 1998 menunjukkan 87 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah risiko kekurangan iodium. Diperkirakan 20 juta penduduk menderita penyakit gondok dan 290.000 kretin (cebol dan keterbelakangan mental), akibat kekurangan iodium.
Akibat negatif dari GAKI ternyata jauh lebih luas dari sekadar terjadinya pembesaran kelenjar gondok. Yang sangat mengkhawatirkan adalah akibat negatif pada susunan saraf pusat yang akan berpengaruh pada perkembangan otak, kecerdasan, dan dampak sosial/ekonomi masyarakat pada umumnya.
Dewasa ini Indonesia diperkirakan kehilangan 140 juta poin kecerdasan inteligensi (intelligence quotient/IQ) akibat GAKI. Perhitungan ini didasarkan pada hasil perkalian jumlah penderita dengan klasifikasi pengurangan IQ point, yaitu sebagai berikut: 50 poin akibat kretin (GAKI berat), 5 poin gondok, 10 poin GAKI pada bayi, dan 10 poin akibat GAKI bentuk lain.
IQ point merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam hal berpikir, memecahkan masalah, dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Rata-rata IQ point manusia normal adalah 110 poin, dan IQ di bawah 80 poin tergolong bodoh (Bina Gizi Masyarakat DepKes RI, 1995).
Selain mengakibatkan penurunan IQ, kekurangan iodium juga menyebabkan keguguran kandungan, gangguan perkembangan saraf, serta penyakit kretinisme yang menyebabkan orang menjadi cebol dan bodoh. Namun, penyakit gondok masih dianggap sebagai akibat GAKI yang utama.
Terpayah di Asia Hingga saat ini angka gondok nasional masih mencapai 9,8persen, jauh di atas standar WHO yang mensyaratkan angka gondok di bawah lima persen. Di beberapa provinsi seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat, angka gondok bahkan mencapai 30persen.
Saat ini terdapat 1.779 kecamatan di Indonesia yang menderita epidemik gondok dengan derajat yang bervariasi. Karena itu, konsumsi iodium perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mencegah terjadinya generasi yang hilang (lost generation).
Hal ini sangat penting dilakukan karena berdasarkan data indeks pengembangan sumber daya manusia (Human Development Index = HDI) dari UNDP (tahun 2000) Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, yaitu terendah di Asia. HDI untuk Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Singapura, masing-masing berada pada peringkat 77, 67, 56, 25, dan 22.
Dari penelitian di Universitas Diponegoro Semarang terungkap bahwa pemberian iodium pada siswa sekolah dapat mengurangi angka drop out. Selain mempengaruhi tingkat kecerdasan, iodium ternyata dapat menaikkan semangat hidup dan kesehatan seseorang, sehingga memperbesar daya juang.
Kekurangan Saat Hamil Susunan saraf terdiri dari sel-sel neuron dan sel-sel glia yang mulai dibentuk pada stadium embriologis yang terus berlangsung dalam waktu singkat sesudah bayi dilahirkan. Sel-sel neuron tersebutlah yang sangat terkait dengan proses kecerdasan.
Fungsi iodium dalam meningkatkan kecerdasan adalah dalam kaitannya dengan pertumbuhan sel-sel otak, yaitu sel neuron. Jumlah sel neuron di dalam otak umumnya mencapai sekitar 10 miliar. Kekurangan iodium pada masa kehamilan dan awal masa kehidupan anak dapat menurunkan jumlah sel neuron yang ada di otak. Karena itu, masa-masa tersebut merupakan masa yang sangat kritis dan perlu mendapatkan zat-zat gizi dalam jumlah cukup, seperti asam amino, asam lemak, vitamin, dan mineral (terutama iodium).
Neuron mempunyai empat bagian penting, yaitu badan sel, dendrit, akson, dan terminal akson. Akson merupakan bagian sel saraf yang berfungsi membawa pesan dengan perantara benang saraf. Neuron mempunyai kemampuan konduktivitas (penghantar) dan eksitabilitas (dapat dirangsang). Sel ini berkemampuan memberikan reaksi atas rangsangan dari sumber luar, seperti rangsangan mekanik, elektrik, kimiawi atau fisik, yang menimbulkan impuls dan dihantar melalui saraf. Sebuah impuls saraf selalu dihantar melalui dendrit ke sel, kemudian dari sel ke akson. Hubungan satu neuron dengan neuron yang lain tidak membentuk jalinan yang sambung-menyambung melainkan terpisah oleh celah yang sangat sempit (1/5.000 mm) yang disebut synapsis. Untuk melalui synapsis, impuls saraf memerlukan suatu zat pembawa yang disebut neurotransmitter.
Terdapat sekitar 30 neurotransmitter yang telah diketahui, di antaranya adalah serotonin, norepineprin, epineprin, dopamin, dan asetilkolin. Neurotransmitter tersebut dibentuk dari bahan baku yang berupa asam amino (protein). Kekurangan protein akan berdampak pada berkurangnya jumlah neurotransmitter, sehingga penyampaian pesan menjadi lambat. Dengan kata lain, orang akan menjadi bodoh. Itulah sebabnya mengapa protein sangat dibutuhkan selama janin ada di dalam kandungan dan pada awal-awal masa kehidupan.
sumber : www.kompas.com
Salah satu masalah gizi yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dewasa ini adalah gangguan akibat kekurangan iodium, biasa disingkat GAKI. Tiga macam strategi yang telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan jumlah penderita GAKI adalah: (1) memberikan suplemen kapsul minyak beriodium di daerah endemik, (2) program iodisasi garam, serta (3) diversifikasi konsumsi pangan sumber iodium.
Program pemberian suplemen kapsul beriodium merupakan program jangka pendek yang sangat mahal biayanya, sehingga tidak mungkin diterapkan secara nasional dan berkesinambungan. Program iodisasi garam yang telah dilakukan pemerintah sejak tahun 1990, hingga saat ini memang belum berjalan dengan baik. Sekitar 20pesen penduduk (lebih kurang 40 juta jiwa) tidak memiliki akses terhadap garam beriodium.
Bertitik tolak dari belum berhasilnya penanggulangan masalah GAKI dengan program suplementasi kapsul beriodium dan iodisasi garam, dirasakan perlunya kehadiran program lain yang lebih membumi. Program itu melalui pendekatan food based, yaitu pengembangan diversifikasi konsumsi pangan yang secara alami memiliki kandungan iodium tinggi.
Apa Itu Iodium? Iodium merupakan mineral yang termasuk unsur gizi esensial walaupun jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh, yaitu hanya 0,00004persen dari berat tubuh atau sekitar 15-23 mg. Itulah sebabnya iodium sering disebut sebagai mineral mikro atau trace element.
Manusia tidak dapat membuat unsur iodium dalam tubuhnya seperti ia membuat protein atau gula. Manusia harus mendapatkan iodium dari luar tubuhnya (secara alamiah), yakni melalui serapan dari iodium yang terkandung dalam makanan dan minuman.
Kebutuhan tubuh akan iodium rata-rata mencapai 1-2 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi menganjurkan konsumsi iodium per hari berdasarkan kelompok umur seperti tercantum pada Tabel 1. Sesungguhnya kebutuhan terhadap iodium sangat kecil, pada orang dewasa hanya 150 mikrogram (1 mikrogram = seperseribu miligram).
Iodium diperlukan tubuh terutama untuk sintesis hormon tiroksin, yaitu suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dalam waktu lama, kelenjar tiroid akan membesar untuk menangkap iodium, yang lebih banyak dari darah. Pembesaran kelenjar tiroid tersebutlah yang sehari-hari kita kenal sebagai penyakit gondok.
Cebol dan Terbelakang GAKI merupakan masalah yang sangat serius karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Survei pemetaan GAKI tahun 1998 menunjukkan 87 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah risiko kekurangan iodium. Diperkirakan 20 juta penduduk menderita penyakit gondok dan 290.000 kretin (cebol dan keterbelakangan mental), akibat kekurangan iodium.
Akibat negatif dari GAKI ternyata jauh lebih luas dari sekadar terjadinya pembesaran kelenjar gondok. Yang sangat mengkhawatirkan adalah akibat negatif pada susunan saraf pusat yang akan berpengaruh pada perkembangan otak, kecerdasan, dan dampak sosial/ekonomi masyarakat pada umumnya.
Dewasa ini Indonesia diperkirakan kehilangan 140 juta poin kecerdasan inteligensi (intelligence quotient/IQ) akibat GAKI. Perhitungan ini didasarkan pada hasil perkalian jumlah penderita dengan klasifikasi pengurangan IQ point, yaitu sebagai berikut: 50 poin akibat kretin (GAKI berat), 5 poin gondok, 10 poin GAKI pada bayi, dan 10 poin akibat GAKI bentuk lain.
IQ point merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam hal berpikir, memecahkan masalah, dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Rata-rata IQ point manusia normal adalah 110 poin, dan IQ di bawah 80 poin tergolong bodoh (Bina Gizi Masyarakat DepKes RI, 1995).
Selain mengakibatkan penurunan IQ, kekurangan iodium juga menyebabkan keguguran kandungan, gangguan perkembangan saraf, serta penyakit kretinisme yang menyebabkan orang menjadi cebol dan bodoh. Namun, penyakit gondok masih dianggap sebagai akibat GAKI yang utama.
Terpayah di Asia Hingga saat ini angka gondok nasional masih mencapai 9,8persen, jauh di atas standar WHO yang mensyaratkan angka gondok di bawah lima persen. Di beberapa provinsi seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat, angka gondok bahkan mencapai 30persen.
Saat ini terdapat 1.779 kecamatan di Indonesia yang menderita epidemik gondok dengan derajat yang bervariasi. Karena itu, konsumsi iodium perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mencegah terjadinya generasi yang hilang (lost generation).
Hal ini sangat penting dilakukan karena berdasarkan data indeks pengembangan sumber daya manusia (Human Development Index = HDI) dari UNDP (tahun 2000) Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, yaitu terendah di Asia. HDI untuk Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Singapura, masing-masing berada pada peringkat 77, 67, 56, 25, dan 22.
Dari penelitian di Universitas Diponegoro Semarang terungkap bahwa pemberian iodium pada siswa sekolah dapat mengurangi angka drop out. Selain mempengaruhi tingkat kecerdasan, iodium ternyata dapat menaikkan semangat hidup dan kesehatan seseorang, sehingga memperbesar daya juang.
Kekurangan Saat Hamil Susunan saraf terdiri dari sel-sel neuron dan sel-sel glia yang mulai dibentuk pada stadium embriologis yang terus berlangsung dalam waktu singkat sesudah bayi dilahirkan. Sel-sel neuron tersebutlah yang sangat terkait dengan proses kecerdasan.
Fungsi iodium dalam meningkatkan kecerdasan adalah dalam kaitannya dengan pertumbuhan sel-sel otak, yaitu sel neuron. Jumlah sel neuron di dalam otak umumnya mencapai sekitar 10 miliar. Kekurangan iodium pada masa kehamilan dan awal masa kehidupan anak dapat menurunkan jumlah sel neuron yang ada di otak. Karena itu, masa-masa tersebut merupakan masa yang sangat kritis dan perlu mendapatkan zat-zat gizi dalam jumlah cukup, seperti asam amino, asam lemak, vitamin, dan mineral (terutama iodium).
Neuron mempunyai empat bagian penting, yaitu badan sel, dendrit, akson, dan terminal akson. Akson merupakan bagian sel saraf yang berfungsi membawa pesan dengan perantara benang saraf. Neuron mempunyai kemampuan konduktivitas (penghantar) dan eksitabilitas (dapat dirangsang). Sel ini berkemampuan memberikan reaksi atas rangsangan dari sumber luar, seperti rangsangan mekanik, elektrik, kimiawi atau fisik, yang menimbulkan impuls dan dihantar melalui saraf. Sebuah impuls saraf selalu dihantar melalui dendrit ke sel, kemudian dari sel ke akson. Hubungan satu neuron dengan neuron yang lain tidak membentuk jalinan yang sambung-menyambung melainkan terpisah oleh celah yang sangat sempit (1/5.000 mm) yang disebut synapsis. Untuk melalui synapsis, impuls saraf memerlukan suatu zat pembawa yang disebut neurotransmitter.
Terdapat sekitar 30 neurotransmitter yang telah diketahui, di antaranya adalah serotonin, norepineprin, epineprin, dopamin, dan asetilkolin. Neurotransmitter tersebut dibentuk dari bahan baku yang berupa asam amino (protein). Kekurangan protein akan berdampak pada berkurangnya jumlah neurotransmitter, sehingga penyampaian pesan menjadi lambat. Dengan kata lain, orang akan menjadi bodoh. Itulah sebabnya mengapa protein sangat dibutuhkan selama janin ada di dalam kandungan dan pada awal-awal masa kehidupan.
sumber : www.kompas.com
TEMPE SUMBER ANTIOKSIDAN DAN ANTIBIOTIKA
Dari kelas bawah, tempe terangkat menjadi makanan primadona yang kaya gizi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Rujukan pertama mengenai tempe ditemukan pada tahun 1875. Bahkan dalam manuskrip serat Centini telah ditemukan kata tempe. Hal ini menunjukkan bahwa makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta .
Selanjutnya teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air. Saat ini tempe telah merambah ke lima benua. Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Cina, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas.
Produsen Terbesar
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40 persen tahu, dan 10 persen dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg.
Perhatian yang begitu besar terhadap tempe sebenarnya telah dimulai sejak zaman pendudukan Jepang di Indonesia. Pada saat itu, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Kini telah diketahui bahwa tempe sebagai makanan tradisional berpeluang dan berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga telah diketahui mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Semua Umur
Komposisi gizi tempe dibandingkan dengan kedelai dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel terlihat bahwa kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat.
Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 gram nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
Sumber Vitamin B
Selama proses fermentasi tempe , terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk polyunsaturated fatty acids = PUFA) meningkat jumlahnya. Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam lemak oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh. Dua kelompok vitamin yang terdapat pada tempe , yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K).
Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin B12 kenaikannya paling mencolok pada pembuatan tempe, sehingga menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe , tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii. Keberadaan vitamin B12 dalam tempe sangat istimewa. Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani, tetapi tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian). Vitamin B12 sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Kekurangan vitamin ini mengakibatkan terjadinya anemia pernisiosa. Gejala yang ditimbulkan dari gangguan ini adalah pucat, sakit perut, dan berat badan menurun.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.
Tempe bukan saja sebagai sumber protein, tetapi juga mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, seng) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh. Jumlah mineral zat besi, tembaga, dan seng berturut-turut adalah 9,39, 2,87, dan 8,05 mg setiap 100 gram tempe. Dengan mengonsumsi tempe secara teratur akan menghindarkan seseorang dari anemia akibat kekurangan zat gizi besi.
Cegah Kanker Payudara
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sehingga sangat reaktif dan dapat menyebabkan tumor, kanker, penuaan, dan kematian sel. Radikal bebas dapat berasal dari makanan sehari-hari yang kita makan atau reaksi yang terjadi di dalam tubuh. Adanya antioksidan dalam makanan akan mencegah terbentuknya radikal bebas tersebut.
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4 trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara. Penuaan (aging) merupakan suatu proses yang secara normal terjadi di dalam tubuh. Proses penuaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu gizi, radikal bebas, sistem kekebalan tubuh, dan sebagainya. Proses penuaan dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Mengingat tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini. Jadi dapat dikatakan bahwa makan tempe membuat awet muda.
Sumber : www.kompas.com
Selanjutnya teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air. Saat ini tempe telah merambah ke lima benua. Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Cina, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas.
Produsen Terbesar
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40 persen tahu, dan 10 persen dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg.
Perhatian yang begitu besar terhadap tempe sebenarnya telah dimulai sejak zaman pendudukan Jepang di Indonesia. Pada saat itu, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Kini telah diketahui bahwa tempe sebagai makanan tradisional berpeluang dan berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga telah diketahui mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Semua Umur
Komposisi gizi tempe dibandingkan dengan kedelai dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel terlihat bahwa kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat.
Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 gram nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
Sumber Vitamin B
Selama proses fermentasi tempe , terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk polyunsaturated fatty acids = PUFA) meningkat jumlahnya. Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam lemak oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh. Dua kelompok vitamin yang terdapat pada tempe , yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K).
Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin B12 kenaikannya paling mencolok pada pembuatan tempe, sehingga menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe , tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii. Keberadaan vitamin B12 dalam tempe sangat istimewa. Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani, tetapi tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian). Vitamin B12 sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Kekurangan vitamin ini mengakibatkan terjadinya anemia pernisiosa. Gejala yang ditimbulkan dari gangguan ini adalah pucat, sakit perut, dan berat badan menurun.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.
Tempe bukan saja sebagai sumber protein, tetapi juga mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, seng) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh. Jumlah mineral zat besi, tembaga, dan seng berturut-turut adalah 9,39, 2,87, dan 8,05 mg setiap 100 gram tempe. Dengan mengonsumsi tempe secara teratur akan menghindarkan seseorang dari anemia akibat kekurangan zat gizi besi.
Cegah Kanker Payudara
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sehingga sangat reaktif dan dapat menyebabkan tumor, kanker, penuaan, dan kematian sel. Radikal bebas dapat berasal dari makanan sehari-hari yang kita makan atau reaksi yang terjadi di dalam tubuh. Adanya antioksidan dalam makanan akan mencegah terbentuknya radikal bebas tersebut.
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4 trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara. Penuaan (aging) merupakan suatu proses yang secara normal terjadi di dalam tubuh. Proses penuaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu gizi, radikal bebas, sistem kekebalan tubuh, dan sebagainya. Proses penuaan dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Mengingat tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini. Jadi dapat dikatakan bahwa makan tempe membuat awet muda.
Sumber : www.kompas.com
TEMPE SUMBER ANTIOKSIDAN DAN ANTIBIOTIKA
Dari kelas bawah, tempe terangkat menjadi makanan primadona yang kaya gizi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Rujukan pertama mengenai tempe ditemukan pada tahun 1875. Bahkan dalam manuskrip serat Centini telah ditemukan kata tempe. Hal ini menunjukkan bahwa makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta .
Selanjutnya teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air. Saat ini tempe telah merambah ke lima benua. Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Cina, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas.
Produsen Terbesar
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40 persen tahu, dan 10 persen dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg.
Perhatian yang begitu besar terhadap tempe sebenarnya telah dimulai sejak zaman pendudukan Jepang di Indonesia. Pada saat itu, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Kini telah diketahui bahwa tempe sebagai makanan tradisional berpeluang dan berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga telah diketahui mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Semua Umur
Komposisi gizi tempe dibandingkan dengan kedelai dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel terlihat bahwa kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat.
Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 gram nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
Sumber Vitamin B
Selama proses fermentasi tempe , terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk polyunsaturated fatty acids = PUFA) meningkat jumlahnya. Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam lemak oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh. Dua kelompok vitamin yang terdapat pada tempe , yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K).
Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin B12 kenaikannya paling mencolok pada pembuatan tempe, sehingga menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe , tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii. Keberadaan vitamin B12 dalam tempe sangat istimewa. Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani, tetapi tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian). Vitamin B12 sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Kekurangan vitamin ini mengakibatkan terjadinya anemia pernisiosa. Gejala yang ditimbulkan dari gangguan ini adalah pucat, sakit perut, dan berat badan menurun.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.
Tempe bukan saja sebagai sumber protein, tetapi juga mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, seng) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh. Jumlah mineral zat besi, tembaga, dan seng berturut-turut adalah 9,39, 2,87, dan 8,05 mg setiap 100 gram tempe. Dengan mengonsumsi tempe secara teratur akan menghindarkan seseorang dari anemia akibat kekurangan zat gizi besi.
Cegah Kanker Payudara
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sehingga sangat reaktif dan dapat menyebabkan tumor, kanker, penuaan, dan kematian sel. Radikal bebas dapat berasal dari makanan sehari-hari yang kita makan atau reaksi yang terjadi di dalam tubuh. Adanya antioksidan dalam makanan akan mencegah terbentuknya radikal bebas tersebut.
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4 trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara. Penuaan (aging) merupakan suatu proses yang secara normal terjadi di dalam tubuh. Proses penuaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu gizi, radikal bebas, sistem kekebalan tubuh, dan sebagainya. Proses penuaan dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Mengingat tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini. Jadi dapat dikatakan bahwa makan tempe membuat awet muda.
Sumber : www.kompas.com
Selanjutnya teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air. Saat ini tempe telah merambah ke lima benua. Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Cina, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas.
Produsen Terbesar
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40 persen tahu, dan 10 persen dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg.
Perhatian yang begitu besar terhadap tempe sebenarnya telah dimulai sejak zaman pendudukan Jepang di Indonesia. Pada saat itu, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Kini telah diketahui bahwa tempe sebagai makanan tradisional berpeluang dan berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga telah diketahui mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Semua Umur
Komposisi gizi tempe dibandingkan dengan kedelai dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel terlihat bahwa kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat.
Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 gram nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.
Sumber Vitamin B
Selama proses fermentasi tempe , terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk polyunsaturated fatty acids = PUFA) meningkat jumlahnya. Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam lemak oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh. Dua kelompok vitamin yang terdapat pada tempe , yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K).
Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12 aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi, riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin B12 kenaikannya paling mencolok pada pembuatan tempe, sehingga menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe , tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii. Keberadaan vitamin B12 dalam tempe sangat istimewa. Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani, tetapi tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian). Vitamin B12 sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Kekurangan vitamin ini mengakibatkan terjadinya anemia pernisiosa. Gejala yang ditimbulkan dari gangguan ini adalah pucat, sakit perut, dan berat badan menurun.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.
Tempe bukan saja sebagai sumber protein, tetapi juga mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, seng) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh. Jumlah mineral zat besi, tembaga, dan seng berturut-turut adalah 9,39, 2,87, dan 8,05 mg setiap 100 gram tempe. Dengan mengonsumsi tempe secara teratur akan menghindarkan seseorang dari anemia akibat kekurangan zat gizi besi.
Cegah Kanker Payudara
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sehingga sangat reaktif dan dapat menyebabkan tumor, kanker, penuaan, dan kematian sel. Radikal bebas dapat berasal dari makanan sehari-hari yang kita makan atau reaksi yang terjadi di dalam tubuh. Adanya antioksidan dalam makanan akan mencegah terbentuknya radikal bebas tersebut.
Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor II (6,7,4 trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara. Penuaan (aging) merupakan suatu proses yang secara normal terjadi di dalam tubuh. Proses penuaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu gizi, radikal bebas, sistem kekebalan tubuh, dan sebagainya. Proses penuaan dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Mengingat tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini. Jadi dapat dikatakan bahwa makan tempe membuat awet muda.
Sumber : www.kompas.com
Bahaya Bahan Pengawet Makanan
Bahaya bahan pengawet yang tak disadari oleh manusia. Bahan pengawet makanan adalah bahan yang ditambahkan pada makanan atau minuman untuk mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikrorganisme seperti jamur (fungi), bakteri dan lainnya.
Ada bahan pengawet yang legal karena menurut BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dalam kadar tertentu aman di gunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan. ini dapat mengganggu kesehatan tentunya Misalnya: Benzoat, propionat, nitrit, nitrat, sorbat dan sulfit. Namun, jika dikosumsi dalam waktu yang lama, akumulasi bahan tersebut tetap rawan menimbulkan gangguan kesehatan. Terlebih, ada beberapa pengawet yang statusnya masih syubhat seperti nisin dan potasium nitrat. Hal ini terkait dengan media fermentasi dan asal bahannya.
Ada juga bahan pengawet yang dilarang karena berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan seperti: formalin dan borak. Sayangnya kedua bahan di atas masih sering digunakan pada produk-produk home industri seperti tahu, mie, mengawetkan ikan, daging, buah, dan sayuran dengan kadar yang tak terkontrol. Para nelayan misalnya, tidsk sedikit memilih menggunakan formalin dari pada es batu karena faktor murah dan praktis. Buah-buahan di supermarket juga rawan formalin (bahan pengawet).
Padahal formalin atau borak dapat menimbulkan gangguan hati, jantung, pencernaan, kanker dan ginjal dan lainnya. Pada dosis cukup tinggi, pengawet ini bisa mengakibatkan, pusing, mual, dan muntah, mencret, kram perut, kejang, depresi susunan saraf dan gangguan peredaran darah. Dalam dosis kecil, pengawet akan diserap tubuh dan efeknya baru akan dirasa setelah akumulasi (jumlah) pengawet dalam tubuh tinggi. Kadar formalin hingga 60% bisa dikurangi dengan cara meredam dengan air, air leri (perasan beras) atau air garam selama 1 jam.
Ada bahan pengawet yang legal karena menurut BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dalam kadar tertentu aman di gunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan. ini dapat mengganggu kesehatan tentunya Misalnya: Benzoat, propionat, nitrit, nitrat, sorbat dan sulfit. Namun, jika dikosumsi dalam waktu yang lama, akumulasi bahan tersebut tetap rawan menimbulkan gangguan kesehatan. Terlebih, ada beberapa pengawet yang statusnya masih syubhat seperti nisin dan potasium nitrat. Hal ini terkait dengan media fermentasi dan asal bahannya.
Ada juga bahan pengawet yang dilarang karena berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan seperti: formalin dan borak. Sayangnya kedua bahan di atas masih sering digunakan pada produk-produk home industri seperti tahu, mie, mengawetkan ikan, daging, buah, dan sayuran dengan kadar yang tak terkontrol. Para nelayan misalnya, tidsk sedikit memilih menggunakan formalin dari pada es batu karena faktor murah dan praktis. Buah-buahan di supermarket juga rawan formalin (bahan pengawet).
Padahal formalin atau borak dapat menimbulkan gangguan hati, jantung, pencernaan, kanker dan ginjal dan lainnya. Pada dosis cukup tinggi, pengawet ini bisa mengakibatkan, pusing, mual, dan muntah, mencret, kram perut, kejang, depresi susunan saraf dan gangguan peredaran darah. Dalam dosis kecil, pengawet akan diserap tubuh dan efeknya baru akan dirasa setelah akumulasi (jumlah) pengawet dalam tubuh tinggi. Kadar formalin hingga 60% bisa dikurangi dengan cara meredam dengan air, air leri (perasan beras) atau air garam selama 1 jam.
Mengapa Kita Perlu Makan DAGING?
Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Selain mutu proteinnya tinggi, pada daging terdapat pula kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang.
Keunggulan lain, protein daging lebih mudah dicerna ketimbang yang berasal dari nabati. Bahan pangan ini juga mengandung beberapa jenis mineral dan vitamin.
Manusia mengonsumsi daging sejak dimulainya sejarah peradaban manusia itu sendiri. Berbagai jenis ternak telah dikembangkan untuk diambil dagingnya, baik ternak besar (seperti sapi atau kerbau) maupun ternak kecil (seperti domba, kambing, dan babi). Selain jenis ternak tersebut, beberapa ternak lain juga dapat digunakan sebagai sumber daging untuk konsumsi manusia. Meski demikian, daging yang paling banyak diperjualbelikan adalah daging sapi.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh ternak yang akan dipotong agar diperoleh kualitas daging yang baik, yaitu (1) ternak harus dalam keadaan sehat, bebas dari berbagai jenis penyakit, (2) ternak harus cukup istirahat, tidak diperlakukan kasar, serta tak mengalami stres agar kandungan glikogen otot maksimal, (3) penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat dan sesempurna mungkin, (4) cara pemotongan harus higienis.
Tingkat Kealotan
Daging adalah sekumpulan otot yang melekat pada kerangka. Istilah daging dibedakan dengan karkas. Daging adalah bagian yang sudah tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya.
Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres.
Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan, metode pemasakan, tingkat keasaman (pH) daging, bahan tambahan (termasuk enzim pengempuk daging), lemak intramuskular (marbling), metode penyimpanan dan pengawetan, macam otot daging, serta lokasi otot.
Jenis daging juga dapat dibedakan berdasarkan umur sapi yang disembelih. Daging sapi yang dipotong pada umur sangat muda (3-14 minggu) disebut veal, yang berwarna sangat terang. Daging yang berasal dari sapi muda umur 14-52 minggu disebut calf (pedet), sedangkan yang berumur lebih dari satu tahun disebut beef.
Berdasarkan umur, jenis kelamin, dan kondisi seksual, daging sapi (beef) berasal dari: (1) steer (sapi jantan yang dikastrasi sebelum mencapai dewasa kelamin), (2) heifer (sapi betina yang belum pernah melahirkan), (3) cow (sapi betina dewasa/pernah melahirkan), (4) bull (sapi jantan dewasa) dan (5) stag (sapi jantan yang dikastrasi setelah dewasa).
Daging terdiri dari tiga komponen utama, yaitu jaringan otot (muscle tissue), jaringan lemak (adipose tissue), dan jaringan ikat (connective tissue). Banyaknya jaringan ikat yang terkandung di dalam daging akan menentukan tingkat kealotan/kekerasan daging.
Berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi: (1) daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, (2) daging segar yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin), (3) daging segar yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan (daging beku), (4) daging masak, (5) daging asap, dan (6) daging olahan.
Lebih Mudah Dicerna
Komposisi daging relatif mirip satu sama lain, terutama kandungan proteinnya yang berkisar 15-20 persen dari berat bahan.
Protein merupakan komponen kimia terpenting yang ada di dalam daging. Protein yang terkandung di dalam daging, seperti halnya susu dan telur, sangat tinggi mutunya, sehingga baik untuk diberikan kepada si buah hati.
Protein sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan anak balita Anda. Kebutuhan protein pada anak balita 2-2,5 gram per kilogram berat badan, sedangkan pada orang dewasa hanya 1 gram per kilogram berat badan.
Protein daging lebih mudah dicerna dibandingkan dengan yang bersumber dari bahan pangan nabati. Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam amino esensialnya yang lengkap dan seimbang.
Asam amino esensial merupakan pembangun protein tubuh yang harus berasal dari makanan atau tidak dapat dibentuk di dalam tubuh. Kelengkapan komposisi asam amino esensial merupakan parameter penting penciri kualitas protein.
Selain dalam bentuk segar (empal, semur, sate, rawon, rendang, bistik), daging juga dapat dikonsumsi dalam berbagai produk olahan. Misalnya, daging corned (corned beef), daging asap (smoked ham), dendeng (dried meat), sosis (sausage), bakso (meat ball), dan lain-lain.
Akibat proses pengolahan dan komponen bumbu yang digunakan, beberapa produk olahan tersebut memiliki nilai gizi lebih baik dibandingkan dengan daging segarnya. Produk olahan daging tersebut dapat juga digunakan sebagai alternatif sumber protein hewani.
Kandungan Gizi
Selain kaya protein, daging juga mengandung energi sebesar 250 kkal/100 g. Jumlah energi dalam daging ditentukan oleh kandungan lemak intraselular di dalam serabut-serabut otot, yang disebut lemak marbling.
Kadar lemak pada daging berkisar antara 5-40 persen, tergantung pada jenis dan spesies, makanan, dan umur ternak.
Daging juga mengandung kolesterol, walaupun dalam jumlah yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan bagian jeroan maupun otak. Kadar kolesterol daging sekitar 500 miligram/100 gram lebih rendah daripada kolesterol otak (1.800-2.000 mg/100 g) atau kolesterol kuning telur (1.500 mg/100 g).
Dengan alasan kesehatan, banyak orang yang antipati terhadap kolesterol. Sikap demikian diwujudkan dengan menghindari konsumsi bahan makanan berkolesterol, seperti daging, telur, dan produk-produk olahan susu. Padahal, bahan-bahan makanan tersebut merupakan sumber zat gizi yang sangat baik karena sarat protein, vitamin, dan mineral.
Kolesterol memegang peranan penting dalam fungsi organ tubuh. Kolesterol berguna untuk menyusun empedu darah, jaringan otak, serat saraf, hati, ginjal, dan kelenjar adrenalin.
Selain itu, kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon steroid, yaitu progestron, estrogen, testosteron, dan kortisol. Hormon-hormon tersebut diperlukan untuk mengatur fungsi dan aktivitas biologi tubuh. Kadar kolesterol yang sangat rendah di dalam tubuh dapat mengganggu proses menstruasi dan kesuburan, bahkan dapat menyebabkan kemandulan, baik pada pria maupun wanita.
Oleh karena itu, sangat tidak bijaksana apabila para orangtua membiasakan bayi dan anak balitanya berpantang kolesterol. Pendapat yang menyatakan bahwa kegemukan pada masa bayi dan kanak-kanak akan terus terbawa hingga dewasa, tidak seluruhnya benar.
Jadi, jangan memantang anak untuk memakan bahan pangan sumber kolesterol hanya karena alasan takut mengalami obesitas (kegemukan). Obesitas hanya akan terjadi apabila konsumsi bahan makanan sumber energi diberikan secara berlebihan dan terus-menerus. Pemberian susu, telur, daging, dan ikan dalam batas normal, dijamin tidak akan menimbulkan kegemukan pada bayi dan anak balita.
Daging juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat baik. Secara umum, daging merupakan sumber mineral kalsium, fosfor, dan zat besi, serta vitamin B kompleks (niasin, riboflavin dan tiamin), tetapi rendah kadar vitamin C. Hati yang lebih dikenal sebagai jeroan, mengandung kadar vitamin A dan zat besi yang sangat tinggi.
Zat besi sangat dibutuhkan oleh si kecil Anda untuk pembentukan hemoglobin darah, yang berguna untuk mencegah timbulnya anemia. Anemia akan berdampak buruk pada anak, seperti lesu, letih, lelah, tak bergairah, dan tidak mampu berkonsentrasi, sehingga pada akhirnya akan menurunkan prestasi belajarnya di sekolah.
Pemasakan dengan menggunakan panas sangat bermanfaat untuk mematikan mikroba dan meningkatkan cita rasa. Proses pemasakan daging tidak terlalu berpengaruh terhadap kadar protein, serta beberapa jenis vitamin seperti thiamin, riboflavin, niasin, dan asam pantotenat.
Bila daging dimasak menggunakan air, banyak vitamin, mineral, dan asam amino yang akan terlarut di dalam kaldunya. Itulah alasan kaldu memiliki nilai gizi yang cukup baik, sehingga bagus untuk diberikan kepada si kecil.
Warna Daging
Warna daging sapi yang baru diiris biasanya merah ungu gelap. Warna tersebut berubah menjadi terang (merah ceri) bila daging dibiarkan terkena oksigen.
Perubahan warna merah ungu menjadi terang tersebut bersifat reversible (dapat balik). Namun, bila daging tersebut terlalu lama terkena oksigen, warna merah terang akan berubah menjadi cokelat.
Mioglobin merupakan pigmen berwarna merah keunguan yang menentukan warna daging segar. Mioglobin dapat mengalami perubahan bentuk akibat berbagai reaksi kimia.
Bila terkena udara, pigmen mioglobin akan teroksidasi menjadi oksimioglobin yang menghasilkan warna merah terang. Oksidasi lebih lanjut dari oksimioglobin akan menghasilkan pigmen metmioglobin yang berwarna cokelat. Timbulnya warna cokelat menandakan bahwa daging telah terlalu lama terkena udara bebas, sehingga menjadi rusak.
Warna daging anak sapi lebih terang daripada warna daging sapi dewasa, serta tulang-tulangnya lebih berwarna merah muda. Warna daging kambing lebih gelap (merah tua) daripada warna daging sapi, sedangkan warna daging babi adalah merah mawar.
Selain warna, kesegaran daging juga dapat dinilai dari penampakannya yang mengkilap dan tidak pucat, tidak berbau asam atau busuk, daging elastis atau sedikit kaku (tidak lembek). Jika dipegang, masih terasa kebasahannya, tetapi tidak lengket di tangan.
Proses Pelayuan Daging
Hewan yang baru dipotong dagingnya lentur dan lunak, kemudian terjadi perubahan-perubahan sehingga jaringan otot menjadi keras, kaku, dan tidak mudah digerakkan. Keadaan inilah yang disebut dengan rigor mortis.
Dalam kondisi rigor, daging menjadi lebih alot dan keras dibandingkan dengan sewaktu baru dipotong. Oleh karena itu, jika daging dalam keadaan rigor dimasak, akan alot dan tidak nikmat. Untuk menghindarkan daging dari rigor, daging perlu dibiarkan untuk menyelesaikan proses rigornya sendiri. Proses tersebut dinamakan proses aging (pelayuan).
Pelayuan adalah penanganan daging segar setelah penyembelihan dengan cara menggantung atau menyimpan selama waktu tertentu pada temperatur di atas titik beku daging (-1,50C). Daging yang kita beli di pasar atau swalayan adalah daging yang telah mengalami proses pelayuan.
Selama pelayuan, terjadi aktivitas enzim yang mampu menguraikan tenunan ikat daging. Daging menjadi lebih dapat mengikat air, bersifat lebih empuk, dan memiliki flavor yang lebih kuat.
Daging biasanya dilayukan dalam bentuk karkas atau setengah karkas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi luas permukaan yang dapat diinfeksi oleh mikroba.
Tujuan dari pelayuan daging adalah: (1) agar proses pembentukan asam laktat dari glikogen otot berlangsung sempurna sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat, (2) pengeluaran darah menjadi lebih sempurna, (3) lapisan luar daging menjadi kering, sehingga kontaminasi mikroba pembusuk dari luar dapat ditahan, (4) untuk memperoleh daging yang memiliki tingkat keempukan optimum serta cita rasa khas.
Karkas sapi biasanya dilayukan dalam waktu sekitar 2X24 jam. Untuk memperoleh daging yang memiliki keempukan optimum dan cita rasa yang khas, pelayuan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi atau dengan waktu yang lebih lama, misalnya suhu 3-40C selama 7-8 hari atau suhu 200C selama 40 jam. Bisa juga dilakukan pada suhu 430C selama 24 jam.
Untuk menghambat pertumbuhan mikroba, proses pelayuan dibantu dengan sinar ultraviolet. *
Keunggulan lain, protein daging lebih mudah dicerna ketimbang yang berasal dari nabati. Bahan pangan ini juga mengandung beberapa jenis mineral dan vitamin.
Manusia mengonsumsi daging sejak dimulainya sejarah peradaban manusia itu sendiri. Berbagai jenis ternak telah dikembangkan untuk diambil dagingnya, baik ternak besar (seperti sapi atau kerbau) maupun ternak kecil (seperti domba, kambing, dan babi). Selain jenis ternak tersebut, beberapa ternak lain juga dapat digunakan sebagai sumber daging untuk konsumsi manusia. Meski demikian, daging yang paling banyak diperjualbelikan adalah daging sapi.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh ternak yang akan dipotong agar diperoleh kualitas daging yang baik, yaitu (1) ternak harus dalam keadaan sehat, bebas dari berbagai jenis penyakit, (2) ternak harus cukup istirahat, tidak diperlakukan kasar, serta tak mengalami stres agar kandungan glikogen otot maksimal, (3) penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat dan sesempurna mungkin, (4) cara pemotongan harus higienis.
Tingkat Kealotan
Daging adalah sekumpulan otot yang melekat pada kerangka. Istilah daging dibedakan dengan karkas. Daging adalah bagian yang sudah tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya.
Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres.
Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan, metode pemasakan, tingkat keasaman (pH) daging, bahan tambahan (termasuk enzim pengempuk daging), lemak intramuskular (marbling), metode penyimpanan dan pengawetan, macam otot daging, serta lokasi otot.
Jenis daging juga dapat dibedakan berdasarkan umur sapi yang disembelih. Daging sapi yang dipotong pada umur sangat muda (3-14 minggu) disebut veal, yang berwarna sangat terang. Daging yang berasal dari sapi muda umur 14-52 minggu disebut calf (pedet), sedangkan yang berumur lebih dari satu tahun disebut beef.
Berdasarkan umur, jenis kelamin, dan kondisi seksual, daging sapi (beef) berasal dari: (1) steer (sapi jantan yang dikastrasi sebelum mencapai dewasa kelamin), (2) heifer (sapi betina yang belum pernah melahirkan), (3) cow (sapi betina dewasa/pernah melahirkan), (4) bull (sapi jantan dewasa) dan (5) stag (sapi jantan yang dikastrasi setelah dewasa).
Daging terdiri dari tiga komponen utama, yaitu jaringan otot (muscle tissue), jaringan lemak (adipose tissue), dan jaringan ikat (connective tissue). Banyaknya jaringan ikat yang terkandung di dalam daging akan menentukan tingkat kealotan/kekerasan daging.
Berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi: (1) daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, (2) daging segar yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin), (3) daging segar yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan (daging beku), (4) daging masak, (5) daging asap, dan (6) daging olahan.
Lebih Mudah Dicerna
Komposisi daging relatif mirip satu sama lain, terutama kandungan proteinnya yang berkisar 15-20 persen dari berat bahan.
Protein merupakan komponen kimia terpenting yang ada di dalam daging. Protein yang terkandung di dalam daging, seperti halnya susu dan telur, sangat tinggi mutunya, sehingga baik untuk diberikan kepada si buah hati.
Protein sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan kesehatan anak balita Anda. Kebutuhan protein pada anak balita 2-2,5 gram per kilogram berat badan, sedangkan pada orang dewasa hanya 1 gram per kilogram berat badan.
Protein daging lebih mudah dicerna dibandingkan dengan yang bersumber dari bahan pangan nabati. Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam amino esensialnya yang lengkap dan seimbang.
Asam amino esensial merupakan pembangun protein tubuh yang harus berasal dari makanan atau tidak dapat dibentuk di dalam tubuh. Kelengkapan komposisi asam amino esensial merupakan parameter penting penciri kualitas protein.
Selain dalam bentuk segar (empal, semur, sate, rawon, rendang, bistik), daging juga dapat dikonsumsi dalam berbagai produk olahan. Misalnya, daging corned (corned beef), daging asap (smoked ham), dendeng (dried meat), sosis (sausage), bakso (meat ball), dan lain-lain.
Akibat proses pengolahan dan komponen bumbu yang digunakan, beberapa produk olahan tersebut memiliki nilai gizi lebih baik dibandingkan dengan daging segarnya. Produk olahan daging tersebut dapat juga digunakan sebagai alternatif sumber protein hewani.
Kandungan Gizi
Selain kaya protein, daging juga mengandung energi sebesar 250 kkal/100 g. Jumlah energi dalam daging ditentukan oleh kandungan lemak intraselular di dalam serabut-serabut otot, yang disebut lemak marbling.
Kadar lemak pada daging berkisar antara 5-40 persen, tergantung pada jenis dan spesies, makanan, dan umur ternak.
Daging juga mengandung kolesterol, walaupun dalam jumlah yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan bagian jeroan maupun otak. Kadar kolesterol daging sekitar 500 miligram/100 gram lebih rendah daripada kolesterol otak (1.800-2.000 mg/100 g) atau kolesterol kuning telur (1.500 mg/100 g).
Dengan alasan kesehatan, banyak orang yang antipati terhadap kolesterol. Sikap demikian diwujudkan dengan menghindari konsumsi bahan makanan berkolesterol, seperti daging, telur, dan produk-produk olahan susu. Padahal, bahan-bahan makanan tersebut merupakan sumber zat gizi yang sangat baik karena sarat protein, vitamin, dan mineral.
Kolesterol memegang peranan penting dalam fungsi organ tubuh. Kolesterol berguna untuk menyusun empedu darah, jaringan otak, serat saraf, hati, ginjal, dan kelenjar adrenalin.
Selain itu, kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon steroid, yaitu progestron, estrogen, testosteron, dan kortisol. Hormon-hormon tersebut diperlukan untuk mengatur fungsi dan aktivitas biologi tubuh. Kadar kolesterol yang sangat rendah di dalam tubuh dapat mengganggu proses menstruasi dan kesuburan, bahkan dapat menyebabkan kemandulan, baik pada pria maupun wanita.
Oleh karena itu, sangat tidak bijaksana apabila para orangtua membiasakan bayi dan anak balitanya berpantang kolesterol. Pendapat yang menyatakan bahwa kegemukan pada masa bayi dan kanak-kanak akan terus terbawa hingga dewasa, tidak seluruhnya benar.
Jadi, jangan memantang anak untuk memakan bahan pangan sumber kolesterol hanya karena alasan takut mengalami obesitas (kegemukan). Obesitas hanya akan terjadi apabila konsumsi bahan makanan sumber energi diberikan secara berlebihan dan terus-menerus. Pemberian susu, telur, daging, dan ikan dalam batas normal, dijamin tidak akan menimbulkan kegemukan pada bayi dan anak balita.
Daging juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat baik. Secara umum, daging merupakan sumber mineral kalsium, fosfor, dan zat besi, serta vitamin B kompleks (niasin, riboflavin dan tiamin), tetapi rendah kadar vitamin C. Hati yang lebih dikenal sebagai jeroan, mengandung kadar vitamin A dan zat besi yang sangat tinggi.
Zat besi sangat dibutuhkan oleh si kecil Anda untuk pembentukan hemoglobin darah, yang berguna untuk mencegah timbulnya anemia. Anemia akan berdampak buruk pada anak, seperti lesu, letih, lelah, tak bergairah, dan tidak mampu berkonsentrasi, sehingga pada akhirnya akan menurunkan prestasi belajarnya di sekolah.
Pemasakan dengan menggunakan panas sangat bermanfaat untuk mematikan mikroba dan meningkatkan cita rasa. Proses pemasakan daging tidak terlalu berpengaruh terhadap kadar protein, serta beberapa jenis vitamin seperti thiamin, riboflavin, niasin, dan asam pantotenat.
Bila daging dimasak menggunakan air, banyak vitamin, mineral, dan asam amino yang akan terlarut di dalam kaldunya. Itulah alasan kaldu memiliki nilai gizi yang cukup baik, sehingga bagus untuk diberikan kepada si kecil.
Warna Daging
Warna daging sapi yang baru diiris biasanya merah ungu gelap. Warna tersebut berubah menjadi terang (merah ceri) bila daging dibiarkan terkena oksigen.
Perubahan warna merah ungu menjadi terang tersebut bersifat reversible (dapat balik). Namun, bila daging tersebut terlalu lama terkena oksigen, warna merah terang akan berubah menjadi cokelat.
Mioglobin merupakan pigmen berwarna merah keunguan yang menentukan warna daging segar. Mioglobin dapat mengalami perubahan bentuk akibat berbagai reaksi kimia.
Bila terkena udara, pigmen mioglobin akan teroksidasi menjadi oksimioglobin yang menghasilkan warna merah terang. Oksidasi lebih lanjut dari oksimioglobin akan menghasilkan pigmen metmioglobin yang berwarna cokelat. Timbulnya warna cokelat menandakan bahwa daging telah terlalu lama terkena udara bebas, sehingga menjadi rusak.
Warna daging anak sapi lebih terang daripada warna daging sapi dewasa, serta tulang-tulangnya lebih berwarna merah muda. Warna daging kambing lebih gelap (merah tua) daripada warna daging sapi, sedangkan warna daging babi adalah merah mawar.
Selain warna, kesegaran daging juga dapat dinilai dari penampakannya yang mengkilap dan tidak pucat, tidak berbau asam atau busuk, daging elastis atau sedikit kaku (tidak lembek). Jika dipegang, masih terasa kebasahannya, tetapi tidak lengket di tangan.
Proses Pelayuan Daging
Hewan yang baru dipotong dagingnya lentur dan lunak, kemudian terjadi perubahan-perubahan sehingga jaringan otot menjadi keras, kaku, dan tidak mudah digerakkan. Keadaan inilah yang disebut dengan rigor mortis.
Dalam kondisi rigor, daging menjadi lebih alot dan keras dibandingkan dengan sewaktu baru dipotong. Oleh karena itu, jika daging dalam keadaan rigor dimasak, akan alot dan tidak nikmat. Untuk menghindarkan daging dari rigor, daging perlu dibiarkan untuk menyelesaikan proses rigornya sendiri. Proses tersebut dinamakan proses aging (pelayuan).
Pelayuan adalah penanganan daging segar setelah penyembelihan dengan cara menggantung atau menyimpan selama waktu tertentu pada temperatur di atas titik beku daging (-1,50C). Daging yang kita beli di pasar atau swalayan adalah daging yang telah mengalami proses pelayuan.
Selama pelayuan, terjadi aktivitas enzim yang mampu menguraikan tenunan ikat daging. Daging menjadi lebih dapat mengikat air, bersifat lebih empuk, dan memiliki flavor yang lebih kuat.
Daging biasanya dilayukan dalam bentuk karkas atau setengah karkas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi luas permukaan yang dapat diinfeksi oleh mikroba.
Tujuan dari pelayuan daging adalah: (1) agar proses pembentukan asam laktat dari glikogen otot berlangsung sempurna sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat, (2) pengeluaran darah menjadi lebih sempurna, (3) lapisan luar daging menjadi kering, sehingga kontaminasi mikroba pembusuk dari luar dapat ditahan, (4) untuk memperoleh daging yang memiliki tingkat keempukan optimum serta cita rasa khas.
Karkas sapi biasanya dilayukan dalam waktu sekitar 2X24 jam. Untuk memperoleh daging yang memiliki keempukan optimum dan cita rasa yang khas, pelayuan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi atau dengan waktu yang lebih lama, misalnya suhu 3-40C selama 7-8 hari atau suhu 200C selama 40 jam. Bisa juga dilakukan pada suhu 430C selama 24 jam.
Untuk menghambat pertumbuhan mikroba, proses pelayuan dibantu dengan sinar ultraviolet. *
ROTI LEBIH OKE KETIMBANG MI DAN NASI
Roti yang tadinya dianggap sebagai makanan para sinyo dan noni Belanda di zaman penjajahan, kini sudah jadi makanan pokok kedua setelah nasi. Kandungan gizi produk olahan dari tepung ini unggul dibandingkan dengan nasi dan mi. Bahkan ada jenis roti, yang selain kaya serat, mengandung omega-3 yang berfungsi sebagai penangkal berbagai penyakit degeneratif.
Di dalam ilmu pangan, roti dikelompokkan dalam produk bakery, bersama dengan cake, donat, biskuit, roll, kraker, dan pie. Di dalam kelompok bakery, roti merupakan produk yang paling pertama dikenal dan paling populer di jagat raya hingga saat ini.
Sama halnya seperti di belahan dunia lain, budaya makan roti juga berkembang di Indonesia . Memang, mula-mula hanya pada kelompok masyarakat tertentu. Itu pun sebatas sebagai pengganti nasi pada saat sarapan pagi, yang umumnya disajikan bersama-sama dengan telur dadar atau segelas susu.
Fenomena gandrung roti kemudian menjalar ke kelompok masyarakat sibuk , yaitu yang harus terburu-buru ke tempat kerja. Dalam kondisi demikian, setangkap roti isi selai dan mentega atau keju menjadi pilihan sarapan pagi paling praktis, yang bisa dimakan di mobil dalam perjalanan ke kantor.
Seiring dengan berjalannya waktu, roti akhirnya tidak lagi dikaitkan dengan sarapan pagi, tetapi sudah meluas sebagai menu makanan alternatif di segala kondisi dan waktu makan. Roti tidak lagi dinikmati di pagi hari, tetapi juga di siang hari, malam hari, atau sebagai snack di antara dua waktu makan.
Begitulah, roti berkembang menjadi suatu budaya makan di Indonesia , sehingga pada akhirnya kita dengan mudah mendapatkan roti di hotel, restoran, warung pojok, pedagang kaki lima , dan juga di kios-kios penjual rokok. Roti juga dijajakan ke kompleks perumahan dan perkampungan melalui berbagai sarana angkutan (mobil boks, kereta dorong, atau sepeda) dengan iringan musik yang sangat khas sebagai penanda bagi setiap merek dan produsen roti.
Bahan Penyusun
- Pada prinsipnya roti dapat dibuat dari berbagai jenis tepung, seperti terigu, jagung, beras, garut, singkong, dan lain-lain. Namun, dalam praktiknya, terigu merupakan bahan baku yang paling ideal untuk pembuatan roti.
Roti umumnya dibuat dari tepung terigu kuat. Maksudnya tepung mampu menyerap air dalam jumlah besar, dapat mencapai konsistensi adonan yang tepat, memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan roti dengan remah halus, tekstur lembut, volume besar, dan mengandung 12-13 persen protein.
Kandungan protein pada terigu tipe kuat paling tinggi dibandingkan dengan terigu tipe lainnya. Dalam pembuatan roti, penggunaan terigu tipe kuat lebih disukai karena kemampuan gluten (jenis protein pada tepung terigu) yang sangat elastis dan kuat untuk menahan pengembangan adonan akibat terbentuknya gas karbondioksida (CO2) oleh khamir Saccharomyces cereviseae.
Semakin kuat gluten menahan terbentuknya gas CO2, semakin mengembang volume adonan roti. Mengembangnya volume adonan mengakibatkan roti yang telah dioven akan menjadi mekar. Hal ini terjadi karena struktur berongga yang terbentuk di dalam roti.
Gula, walaupun dalam jumlah sedikit, perlu ditambahkan ke dalam adonan. Sebab, gula dapat berperan sebagai sumber karbohidrat untuk mendukung pertumbuhan ragi roti (Saccharomyces cereviseae), yang akan menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah cukup untuk mengembangkan volume adonan secara optimal.
Shortening (mentega atau margarin) ditambahkan ke dalam adonan untuk memudahkan pembentukan adonan, serta melunakkan tekstur dan mencegah staling roti. Penambahan tepung susu dimaksudkan untuk memperbaiki tekstur dan meningkatkan kadar protein roti. Penambahan garam untuk memperbaiki cita rasa dan juga mendukung pertumbuhan khamir Saccharomyces cereviseae dalam menghasilkan gas karbondioksida.
Putih dan Cokelat
- Roti dapat dibedakan atas roti putih (white bread) dan roti cokelat (whole wheat bread).
Sesungguhnya Hippocrates pada abad ke-5 Sebelum Masehi telah menduga bahwa roti yang terbuat dari tepung utuh (wholemeal bread) berpengaruh terhadap aktivitas lambung. Dia menyatakan bahwa “roti yang terbuat dari gandum utuh mampu membersihkan usus dan akan keluar sebagai feses, sedang roti putih lebih bergizi, sehingga menghasilkan sedikit feses”.
Pada zaman itu bangsa Roma dan Yunani mengenal paling sedikit empat kelas mutu tepung. Roti putih yang berharga lebih mahal dan berpenampakan lebih menarik, dianggap mempunyai nilai gizi lebih baik dibanding jenis roti cokelat. Pendapat tersebut terus bertahan sampai abad ke-19. Ini mudah dimengerti, karena pada saat itu diyakini dedak gandum hanya baik untuk pakan ternak.
Beberapa waktu kemudian, sejumlah kecil orang mulai menyadari bahwa sedapat mungkin makanan harus diasup mendekati keadaan alaminya. Pada tahun 1585, Stubs menulis, “Tidakkah kita melihat bahwa orang-orang miskin yang memakan roti cokelat tampak lebih sehat, lebih kuat, dan lebih panjang umurnya daripada orang yang selalu menikmati makanan mewah setiap harinya?”
Pada tahun 1683 Tyron menulis buku mengenai pengaruh roti yang terbuat dari gandum utuh terhadap kesehatan, umur panjang, dan kebahagiaan. Hal tersebut dihubungkan dengan kemampuan serat dari roti dalam menstimulasi aktivitas lambung.
Tahun 1837 Sylvester Graham menulis sebuah buku yang sangat terkenal mengenai pentingnya roti “wholemeal ” sebagai makanan alami. Karena itu, roti yang terbuat dari gandum utuh itu di Amerika Serikat dikenal dengan nama roti graham. Di Inggris, roti graham dikenal luas setelah Ratu Victoria mulai mengonsumsinya tersebut pada tahun 1847.
Saat ini perhatian masyarakat dunia terhadap serat pangan sangat besar. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa banyak penyakit yang timbul akibat rendahnya konsumsi serat pangan di negara-negara maju.
Penyakit-penyakit “modern” tersebut dikenal dengan istilah “Disease of Western Civilization”. Termasuk ke dalam kelompok penyakit ini antara lain diabetes melitus, batu empedu, obesitas, radang usus buntu, kanker usus besar, penyakit divertikulosis, hiatus hernia, pembuluh mekar (varicose vein), hemoroid, dan penyakit pembuluh darah iskemik.
Timbulnya kesadaran bahwa serat penting untuk kesehatan, masyarakat akhirnya dapat menerima kehadiran roti yang terbuat dari tepung gandum utuh atau yang dalam pembuatannya sengaja ditambahkan dedak (yang merupakan limbah dalam pengolahan gandum menjadi terigu).
Diperkaya Berbagai Vitamin dan Mineral
- Masyarakat Indonesia kini telah mulai banyak yang memanfaatkan roti sebagai alternatif sumber karbohidrat bukan nasi.
Mengingat demikian pentingnya arti serat pangan bagi kesehatan, dewasa ini dedak gandum sering ditambahkan ke dalam proses pembuatan roti dari terigu agar sifat dan nilai gizinya mendekati roti yang terbuat dari tepung gandum utuh (whole wheat bread), terutama untuk meningkatkan kadar serat pangan, vitamin, dan mineralnya.
Selain serat, roti juga dapat diperkaya (difortifikasi) dengan berbagai macam zat gizi. Beberapa zat gizi yang umumnya ditambahkan ke dalam roti adalah vitamin, seperti thiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), dan niasin, serta sejumlah mineral berupa zat besi, iodium, kalsium, dan lain-lain. Roti juga sering diperkaya dengan asam amino tertentu untuk lebih meningkatkan mutu protein bagi tubuh.
Belakangan ini roti juga diperkaya dengan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA), terutama kelompok omega-3 seperti EPA (asam eikosapentaenoat) dan DHA (asam dokosaheksaenoat). Penelitian membuktikan pentingnya penambahan PUFA ke dalam makanan formula untuk mendukung perkembangan bayi dan anak balita. PUFA dapat meningkatkan kemampuan anak untuk memusatkan perhatian, memecahkan masalah, penglihatan (visual), dan IQ.
Suatu penelitian di Australia menunjukkan bahwa penambahan omega-3 ke makanan bayi dapat meningkatkan fungsi visual hingga setara dengan bayi yang diberi ASI. Studi lain menunjukkan bahwa penambahan PUFA ke dalam susu formula yang diberikan kepada bayi sejak lahir hingga usia empat bulan, menyebabkan bayi tersebut memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan skor yang lebih tinggi.
Keuntungan yang diperoleh dari makanan yang mengandung asam lemak esensial adalah: (1) menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida serum, (2) menurunkan tekanan darah, (3) menurunkan risiko penyakit jantung dan kematian akibat penyakit jantung, (4) mengurangi frekuensi migrain dan sakit kepala, (5) membantu mencegah timbulnya kanker payudara, kolon (usus besar), prostat, dan pankreas, (6) menurunkan angka kejadian timbulnya penyakit autoimun seperti multiple sclerosis, rheumatoid arthritis, dan diabetes, (7) memperbaiki kondisi kulit, seperti eksim dan psoriasis, (8) mencegah timbulnya asma, (9) membantu anak-anak untuk dapat memusatkan perhatian.
Sumber Karbohidrat yang Praktis
- Ada bermacam-macam roti, dibedakan atas dasar bahan penyusunnya. Namun, secara umum roti dibedakan atas roti tawar dan roti manis.
Dengan beragamnya jenis roti, kandungan gizinya pun sangat beragam. Kandungan gizi roti sangat ditentukan oleh bahan penyusun adonan dan cara pembuatan roti. Bahan baku roti dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu bahan utama dan bahan tambahan. Bahan baku utama berupa tepung terigu, ragi, garam, dan air. Bahan baku tambahan berupa gula pasir, shortening, telur, dan susu bubuk.
Walaupun dari sudut pandang gizi roti cokelat memiliki nilai gizi lebih baik dibanding roti putih, kenyataannya masyarakat lebih menyukai roti putih karena beberapa alasan: (1) secara psikologis roti putih dianggap lebih bersih, murni, bebas cemaran, dan lebih aman, (2) roti putih memiliki tekstur yang lebih lembut, serta (3) harganya lebih murah.
Namun, secara umum roti merupakan bahan makanan sumber karbohidrat pengganti nasi yang sangat potensial dan praktis dikonsumsi. Roti juga merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral. Khusus roti cokelat, karena terbuat dari tepung gandum utuh, jenis roti ini memiliki keunggulan dibanding roti putih.
Beberapa keunggulan roti cokelat adalah mengandung serat pangan, antioksidan, fitoestrogen (baik untuk mencegah penyakit jantung dan aneka kanker), serta vitamin dan mineral yang jauh lebih banyak dibandingkan roti putih. Selain itu, roti cokelat juga memiliki cita rasa yang sangat khas, sehingga sangat disukai oleh kelompok masyarakat tertentu.
Roti cokelat memiliki kadar kalsium, fosfor, dan besi yang jauh lebih banyak dibanding roti putih, sedangkan kandungan zat gizi lainnya hampir sama. Dibanding dengan 100 gram nasi putih atau 100 gram mi basah, 100 gram roti memberikan energi, karbohidrat, protein, kalsium, fosfor, dan besi yang lebih banyak.
Meski demikian, untuk meningkatkan perolehan zat gizi, khususnya protein yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak balita, roti perlu disajikan bersama-sama dengan susu, daging sapi, daging ayam, ikan, atau telur. Roti juga dapat disajikan bersama-sama dengan berbagai jenis irisan sayuran untuk meningkatkan perolehan vitamin dan mineral.
TEKNOLOGI ULTRA HIGH PRESSURE Pangan Tetap Segar dalam Tekanan Besar
SALAH satu tujuan pengolahan pangan adalah untuk mempertahankan atau mengawetkan kesegaran produk pangan. Pengawetan bisa dicapai dengan memberikan perlakuan yang membunuh mikroba pembusuk pangan. Salah satu metode adalah pemanasan (suhu tinggi), yang terbukti efektif membunuh mikroba.
NAMUN, aplikasi suhu tinggi juga memicu kerusakan mutu produk pangan, terutama kesegaran dan aroma. Karena itu, para ahli teknologi pangan terus mencari teknik pengawetan yang efektif tanpa mengorbankan kesegaran. Dalam hal ini, aplikasi tekanan tinggi pada proses pengolahan pangan menjadi salah satu pilihan.
Sebetulnya teknik pengawetan pangan dengan menggunakan tekanan tinggi telah diketahui lama, lebih dari seabad lalu. Tahun 1895 telah dilaporkan adanya proses inaktivasi bakteri dengan tekanan hidrostatik tinggi. Tahun 1899, hasil aplikasi teknik tekanan tinggi untuk pengawetan pangan pertama kali dipublikasikan B Hite. Ia menemukan paparan pada tekanan sekitar 600 megaPaskal (Mpa) selama 1 (satu) jam pada suhu kamar dapat memperpanjang masa simpan susu mentah selama 4 hari.
Sayangnya, tidak mudah membuat peralatan pengolahan yang mampu memberikan tekanan "ultra" tinggi (pada kisaran 600 Mpa). Diperlukan 92 tahun pengembangan, akhirnya untuk pertama kalinya aplikasi teknik tekanan tinggi secara komersial diperkenalkan oleh perusahaan di Jepang untuk produk jem dan jeli.
Sejak saat itu penelitian aplikasi tekanan tinggi pada proses pengawetan pangan terus dilakukan. Sekarang, pengaruh aplikasi tekanan tinggi pada hampir setiap mikroba dalam proses pengawetan pangan-baik mikroba fermentatif, pembusuk atau juga penyebab penyakit (patogen)-telah dipelajari intensif.
Mekanisme kerja
Peralatan pengawetan dengan tekanan tinggi menggunakan proses perendaman produk pangan (umumnya dengan air) dalam tabung yang tekanannya bisa ditingkatkan. Caranya dengan memompakan cairan tambahan ke tabung yang volumenya tetap atau dengan memperkecil volume tabung.
Karena itu, proses pengawetan itu sering disebut High Hydrostatic Pressure (HHP). Istilah lain yang sering dijumpai pada literatur adalah Ultra High Pressure (UHP) dan High Pressure Processing (HPP).
Untuk keperluan keselamatan kerja, tabung harus didesain mampu menahan tekanan tinggi, sampai 800 Mpa, dalam waktu operasi cukup lama. Dalam operasinya, proses perlakuan tekanan tinggi ini bisa dilakukan secara batch maupun semi-kontinu. Desain saat ini membuat tekanan dengan pompa osilasi dalam bentuk pulsa bersiklus, selama sekitar 20 menit.
Karena pengaruh tekanan tinggi, air dan produk pangan akan terkompresi. Pada tekanan 600 Mpa, volume air akan berkurang sampai 15 persen. Karena itu, pengemas produk harus didesain cukup kuat (terutama bagian sambungan) untuk mampu menahan kompresi dan fluktuasi volume.
Salah satu keuntungan dari proses ini adalah tekanan yang dihasilkan secara instan akan disebarkan secara merata kesegala arah, ke seluruh bagian tabung. Dengan demikian, tidak terdapat gradien tekanan pada produk pangan.
Faktor kritis pengawetan dengan tekanan tinggi adalah perlakuan tekanan, selang waktu pada tekanan tinggi, waktu yang diperlukan bagi alat mencapai tekanan yang diinginkan, waktu dekompresi, perlakuan suhu, suhu awal produk, distribusi suhu pada tabung tekanan, pH produk, komposisi produk, aktivitas air, bahan dan integritas pengemas serta proses pendukung lainnya.
Mekanisme pengawetan
Umumnya bakteri akan terganggu membran selnya jika dikenai perlakuan tekanan 250 Mpa. Jika diberi pulsa tekanan sampai 600 Mpa dan kemudian dikembalikan pada tekanan atmosfer, maka kerusakan membran akan mengganggu fungsi-fungsi seluler sehingga akhirnya mikroba mati.
Dalam berbagai penelitian terakhir, dilaporkan bahwa pemusnahan mikroba patogen -seperti Listeria pada produk-produk daging, Salmonella pada telur dan unggas, Vibrio pada oyster, dapat dilakukan dengan baik melalui perlakuan HPP.
Perlakuan tekanan tinggi juga secara efektif membunuh mikroba patogen pada jus jeruk yaitu Salmonella dan E coli 0157:H7; tanpa harus mengubah kesegaran dan karakterisktik alami lainnya. Spora lebih sulit diinaktivasi dengan tekanan tinggi. Mikroba yang paling tahan tekanan sampai saat ini adalah endospora bakteri gram-positip.
Tahun 1932, Basset dan Macheboeuf menemukan spora Bacillus subtilis yang ternyata mampu bertahan pada tekanan 1,724 MPa (250,000 psi) selama 45 menit. Tanpa dikombinasikan dengan kenaikan suhu (45ºC sampai 70ºC), maka perlakuan HPP pada kisaran 500-700 MPa tidak efektif membunuh spora. Karena itulah maka perlakuan HPP biasanya dikombinasikan dengan perlakuan peningkatan suhu (tidak terlalu tinggi) dan penurunan pH.
Enzim atau protein juga relatif lebih sulit diinaktivasi dengan perlakuan HPP. Enzim yang mengkatalisis reaksi pencoklatan pada buah-buahan merupakan enzim yang tahan terhadap perlakuan tekanan tinggi, sehingga tetap menyebabkan pencoklatan pada produk buah-buahan yang diproses dengan HPP. Karena itu diperlukan perlakuan pendahuluan berupa blansir untuk menginaktivasi enzim pencoklatan.
Mirip produk segar
Proses HPP tidak berpengaruh pada ikatan-ikatan kovalen. Hal ini menyebabkan produk pangan yang diberi perlakuan tekanan tinggi pada suhu kamar atau suhu yang tidak terlalu tinggi tidak akan mengalami perubahan kimia ekstensif dan tidak terjadi kerusakan vitamin dan flavor; sehingga mutu sensori dan mutu gizinya akan sangat mirip dengan mutu produk segarnya.
Berbagai produk komersial yang diproses dengan HPP saat ini dapat dijumpai di pasar dunia. Produk dari Jepang berupa jem dan jeli merupakan produk pertama yang diperkenalkan ke pasar. Berbagai produk lain adalah jus jeruk, jus kranberi, dan penyalut salad (salad dressings) juga diproses dengan HPP. Di Amerika, HPP digunakan secara komersial untuk memproses guakamole (pasta/saus avokad) dan salsa (sambal Meksiko).
Untuk produk dari hewan, oysters merupakan produk hewani yang secara komersial diproses dengan HPP. Khusus untuk oysters, tekanan tinggi juga mempermudah proses pengupasan. Pada tekanan 275 Mpa selama 1-2 menit, hampir 100 persen oysters telah terbuka sehingga mudah memisahkan daging dan cangkangnya. Oysters yang dikupas dengan tekanan hidrostatik akan minimal kerusakannya.
Sumber : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0306/25/inspirasi/391698.htm
NAMUN, aplikasi suhu tinggi juga memicu kerusakan mutu produk pangan, terutama kesegaran dan aroma. Karena itu, para ahli teknologi pangan terus mencari teknik pengawetan yang efektif tanpa mengorbankan kesegaran. Dalam hal ini, aplikasi tekanan tinggi pada proses pengolahan pangan menjadi salah satu pilihan.
Sebetulnya teknik pengawetan pangan dengan menggunakan tekanan tinggi telah diketahui lama, lebih dari seabad lalu. Tahun 1895 telah dilaporkan adanya proses inaktivasi bakteri dengan tekanan hidrostatik tinggi. Tahun 1899, hasil aplikasi teknik tekanan tinggi untuk pengawetan pangan pertama kali dipublikasikan B Hite. Ia menemukan paparan pada tekanan sekitar 600 megaPaskal (Mpa) selama 1 (satu) jam pada suhu kamar dapat memperpanjang masa simpan susu mentah selama 4 hari.
Sayangnya, tidak mudah membuat peralatan pengolahan yang mampu memberikan tekanan "ultra" tinggi (pada kisaran 600 Mpa). Diperlukan 92 tahun pengembangan, akhirnya untuk pertama kalinya aplikasi teknik tekanan tinggi secara komersial diperkenalkan oleh perusahaan di Jepang untuk produk jem dan jeli.
Sejak saat itu penelitian aplikasi tekanan tinggi pada proses pengawetan pangan terus dilakukan. Sekarang, pengaruh aplikasi tekanan tinggi pada hampir setiap mikroba dalam proses pengawetan pangan-baik mikroba fermentatif, pembusuk atau juga penyebab penyakit (patogen)-telah dipelajari intensif.
Mekanisme kerja
Peralatan pengawetan dengan tekanan tinggi menggunakan proses perendaman produk pangan (umumnya dengan air) dalam tabung yang tekanannya bisa ditingkatkan. Caranya dengan memompakan cairan tambahan ke tabung yang volumenya tetap atau dengan memperkecil volume tabung.
Karena itu, proses pengawetan itu sering disebut High Hydrostatic Pressure (HHP). Istilah lain yang sering dijumpai pada literatur adalah Ultra High Pressure (UHP) dan High Pressure Processing (HPP).
Untuk keperluan keselamatan kerja, tabung harus didesain mampu menahan tekanan tinggi, sampai 800 Mpa, dalam waktu operasi cukup lama. Dalam operasinya, proses perlakuan tekanan tinggi ini bisa dilakukan secara batch maupun semi-kontinu. Desain saat ini membuat tekanan dengan pompa osilasi dalam bentuk pulsa bersiklus, selama sekitar 20 menit.
Karena pengaruh tekanan tinggi, air dan produk pangan akan terkompresi. Pada tekanan 600 Mpa, volume air akan berkurang sampai 15 persen. Karena itu, pengemas produk harus didesain cukup kuat (terutama bagian sambungan) untuk mampu menahan kompresi dan fluktuasi volume.
Salah satu keuntungan dari proses ini adalah tekanan yang dihasilkan secara instan akan disebarkan secara merata kesegala arah, ke seluruh bagian tabung. Dengan demikian, tidak terdapat gradien tekanan pada produk pangan.
Faktor kritis pengawetan dengan tekanan tinggi adalah perlakuan tekanan, selang waktu pada tekanan tinggi, waktu yang diperlukan bagi alat mencapai tekanan yang diinginkan, waktu dekompresi, perlakuan suhu, suhu awal produk, distribusi suhu pada tabung tekanan, pH produk, komposisi produk, aktivitas air, bahan dan integritas pengemas serta proses pendukung lainnya.
Mekanisme pengawetan
Umumnya bakteri akan terganggu membran selnya jika dikenai perlakuan tekanan 250 Mpa. Jika diberi pulsa tekanan sampai 600 Mpa dan kemudian dikembalikan pada tekanan atmosfer, maka kerusakan membran akan mengganggu fungsi-fungsi seluler sehingga akhirnya mikroba mati.
Dalam berbagai penelitian terakhir, dilaporkan bahwa pemusnahan mikroba patogen -seperti Listeria pada produk-produk daging, Salmonella pada telur dan unggas, Vibrio pada oyster, dapat dilakukan dengan baik melalui perlakuan HPP.
Perlakuan tekanan tinggi juga secara efektif membunuh mikroba patogen pada jus jeruk yaitu Salmonella dan E coli 0157:H7; tanpa harus mengubah kesegaran dan karakterisktik alami lainnya. Spora lebih sulit diinaktivasi dengan tekanan tinggi. Mikroba yang paling tahan tekanan sampai saat ini adalah endospora bakteri gram-positip.
Tahun 1932, Basset dan Macheboeuf menemukan spora Bacillus subtilis yang ternyata mampu bertahan pada tekanan 1,724 MPa (250,000 psi) selama 45 menit. Tanpa dikombinasikan dengan kenaikan suhu (45ºC sampai 70ºC), maka perlakuan HPP pada kisaran 500-700 MPa tidak efektif membunuh spora. Karena itulah maka perlakuan HPP biasanya dikombinasikan dengan perlakuan peningkatan suhu (tidak terlalu tinggi) dan penurunan pH.
Enzim atau protein juga relatif lebih sulit diinaktivasi dengan perlakuan HPP. Enzim yang mengkatalisis reaksi pencoklatan pada buah-buahan merupakan enzim yang tahan terhadap perlakuan tekanan tinggi, sehingga tetap menyebabkan pencoklatan pada produk buah-buahan yang diproses dengan HPP. Karena itu diperlukan perlakuan pendahuluan berupa blansir untuk menginaktivasi enzim pencoklatan.
Mirip produk segar
Proses HPP tidak berpengaruh pada ikatan-ikatan kovalen. Hal ini menyebabkan produk pangan yang diberi perlakuan tekanan tinggi pada suhu kamar atau suhu yang tidak terlalu tinggi tidak akan mengalami perubahan kimia ekstensif dan tidak terjadi kerusakan vitamin dan flavor; sehingga mutu sensori dan mutu gizinya akan sangat mirip dengan mutu produk segarnya.
Berbagai produk komersial yang diproses dengan HPP saat ini dapat dijumpai di pasar dunia. Produk dari Jepang berupa jem dan jeli merupakan produk pertama yang diperkenalkan ke pasar. Berbagai produk lain adalah jus jeruk, jus kranberi, dan penyalut salad (salad dressings) juga diproses dengan HPP. Di Amerika, HPP digunakan secara komersial untuk memproses guakamole (pasta/saus avokad) dan salsa (sambal Meksiko).
Untuk produk dari hewan, oysters merupakan produk hewani yang secara komersial diproses dengan HPP. Khusus untuk oysters, tekanan tinggi juga mempermudah proses pengupasan. Pada tekanan 275 Mpa selama 1-2 menit, hampir 100 persen oysters telah terbuka sehingga mudah memisahkan daging dan cangkangnya. Oysters yang dikupas dengan tekanan hidrostatik akan minimal kerusakannya.
Sumber : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0306/25/inspirasi/391698.htm
MANA YANG BAIK TELUR MENTAH, SETENGAH MATANG ATAU REBUS ?
Telur merupakan sumber protein, lemak, mineral, dan vitamin yang baik bagi tubuh. Namun masih anyak yang bertanya-tanya mana yang sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan mentah, setengah matang atau rebus dan bagaimana pengaruh pemasakan terhadap nilai gizinya
Nilai gizi telur sangat lengkap, telur merupakan sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, sehingga dari tiap butir telur akan diperoleh sekitar 8 gram protein.
Kandungan asam amino proteinnya sangat lengkap, sehingga protein telur (campuran putih dan kuning telur) seringkali dijadikan sebagai protein “referensi”.
Bila kita anggap nilai biologis telur sama dengan 100, maka nilai biologis daging (sapi) hanya mnecapai 84. Tetapi telur tidak mengandung karbohidrat sama sekali. Kadar lipidanya terdiri dari trigliserida (lemak) dan fosfolipid (termasuk kolesterol).
Kadar airnya menyamai kadar air daging, yaitu sekitar 73%. Telur kaya fosfor dan besi, tetapi kandungan kalsiumnya rendah. Keadaan seperti ini sama seperti yang dijumpai pada daging. Selain itu telur juga mengandung vitamin B kompleks, serta vitamin A dan D (dalam kuning telur). Telur sama sekali tidak mengandung vitaminC. Satu butir telur berukuran sedangakan memberikan energi sekitar 80 kilokalori.
Seringkali orang menganggap bahwa telur yang kuningnya berwarna (kecoklatan) lebih bergizi dibandingkan dengan yang kulinya keputih-putihan. Sesungguhnya hal ini tidak benar sama swekali. Tidak ada hubungan antara warna kulit telur dengan nilai gizinya, artinya nilai gizi telur yang kulitnya berwarna kecoklatan atau keputih-putihan, sama saja. Demikian pula telur ayam kampung sama nilai gizinya dengan telur ayam ras, meskipun banyak orang yang lebih menyukai telur ayam kampung.
HINDARI PENCUCIAN TELUR
Di dalam putih telur terdapat suatu zat protein yang dapat memberikan pengaruh-pengaruh negatif bagi tubuh, karena kemampuannya untuk mengikat biotin (suatu vitamin). Biotin akan terikat kuat oleh avidin sehingga tidak dapat diserap oleh usus dan akhirnya dikeluarkan bersama feses.
Keracunan oleh avidin memberikan gejala sebagai berikut : dermatitis, kebotakan dan kelainan syaraf. Dosis keracunan selain dipengaruhi oleh aktivitas avidin dalam telur (dipengaruhi oleh proses pengolahan/pemanasan) dan jumlah telur yang dikonsumsi, juga sangat dipengaruhi oleh kadar biotin dari makanan lain yang dikonsumsi, serta status biotin dalam darah. Sehingga tidak setiap orang yang mengkonsumsi telur akan menderita keracunan.
Avidin dapat dihancurkan aktivitasnya dengan cara memanaskan pada suhu 18 o C selama 5 menit (pada suhu yang lebih tinggi diperlukan waktu pemanasan yang lebihn singkat), kecuali untuk telur yang telah mengalami fermentasi (misalnya telur “1000 tahun” dari Cina) yang memerlukan waktu pemanasan 18 kali lebih lama. Karena itu avidin seringkli disebut juga sebagai “ Chinese dried egg white injury factor”.
Ovomukoid juga merupakan protein yang terdapat dalam putih telur (mentah), karena kemampuannya untuk menginaktifkan enzim pencernaan protein (yaitu tripsin). Daya cerna yang rendah menunjukkan makin banyak bagian makanan yang terbuang ke feses.
Tidak seperti halnya dengan avidin, ovomukoid merupakan protein yang relatif lebih stabil terhadap pemanasan. Sekitar 90% aktivitasnyadapat dihancurkan dengan pemanasan pada suhu 80 o C selama 30 menit, dan seluruh aktivitasnya akan hilang dengan pemanasan pada suhu 90 o C selama 15 menit. Penelitian-penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa enzim tripsin manusia tidak dipengaruhi aktivitasnya oleh ovomukoid.
Salmonella adalah suatu bakteri yang dapat menimbulkan keracunan ( Salmonella Food poisoning ), dengan gejala-gejala seperti mual-mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, kedinginan, demam, dan diare.
Bakteri ini dapat mengkontaminasi telur sewaktu masih dalam indung telur ayam, tetapi yang paling sering terjadia adalah setelah telur dikeluarkan, terutama apabila kebersihan kandang dan lingkungan kurang diperhatikan. Pencucian telur dapat mempertinggi resiko masuknya bakteri ke dalam telur, karena itu sebaiknya dipilih telur yang bersih (tidak terkena kotoran ayam).
Salmonella dapat diinaktifkan dengan pemanasan. Untuk menghindari terjadinya keracunan oleh Salmonella, Departemen Pertanian Amerika serikat (USDA) mengharuskan melakukan pemanasan (pasteurisasi) selama 3,5 menit pada suhu 56,70 o C atau 6,2 menit pada suhu 55,50 o C untuk putih telur, atau 6,2 menit pada suhu 60 o C untuk telur utuh (campuran putih telur dan kuning telur).
MANA YANG BAIK
Meskipun telah dibuktikan bahwa ovomukoid tidak berpengaruh pada tripsin manusia, namun nampaknya proses pencernaan bayi dan anak kecil lebih peka dibandingkan dengan orang dewasa. Jadi sebaiknya telur mentah tidak diberikan pada bayi dan anak-anak, bahkan bagi anak yang berumur kurang dari satu tahun sebaiknya diberikan telur rebus, bukan telur setengah matang.
Untuk menhindari terjadinya keracunan Salmonella, bila telur yang akan dikonsumsi dalam keadaan kotor lebih baik tidak dikonsumsi dalam keadaan mentah, walaupun telur itu ditujukan untuk orang dewasa.
Tetapi bula Salmonella tidak merupakan masalah (misalnya keadaan telur bersih), maka nilai gizi telur mentah, setengah matang maupun rebus, bagi orang dewasa tidak berbeda.
Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi telur bagi orang dewasa (terutama yang berumur 40 tahun atau lebih, atau yang mempunyai kecenderungan mengidap penyakit jantung koroner)adalah kandungan kolesterol yang terdapat dalam kuning telur.
Kadar kolesterol yang terdapat dalam kuning telur sekitar 250 mg per butir (dalam daging sapi terdapat sekitar 75 mg per 3 ons, dalam hati sekitar 370 mg/3 ons dan dalam otak sekitar 1700 mg/3 ons). Para ahli gizi menganjurkan agar orang dewasa hanya mengkonsumsi telur paling banyak 4 butir per minggu.
Proses penggorengan akan menurunkan nilai gizi protein telur, meskipun relatif tidak banyak. Telur mata sapi nilai gizi proteinnya lebih rendah dari telur rebus, dan telur dadar lebih rendah lagi (apalagi yang berwarna kecoklatan). Dalam hubungan ini kita harus memilih apakah kita mengutamakan faktor rasa (telur yang digoreng kering lebih enak rasanya) atau faktor nilai gizi proteinnya.
Nilai gizi telur sangat lengkap, telur merupakan sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, sehingga dari tiap butir telur akan diperoleh sekitar 8 gram protein.
Kandungan asam amino proteinnya sangat lengkap, sehingga protein telur (campuran putih dan kuning telur) seringkali dijadikan sebagai protein “referensi”.
Bila kita anggap nilai biologis telur sama dengan 100, maka nilai biologis daging (sapi) hanya mnecapai 84. Tetapi telur tidak mengandung karbohidrat sama sekali. Kadar lipidanya terdiri dari trigliserida (lemak) dan fosfolipid (termasuk kolesterol).
Kadar airnya menyamai kadar air daging, yaitu sekitar 73%. Telur kaya fosfor dan besi, tetapi kandungan kalsiumnya rendah. Keadaan seperti ini sama seperti yang dijumpai pada daging. Selain itu telur juga mengandung vitamin B kompleks, serta vitamin A dan D (dalam kuning telur). Telur sama sekali tidak mengandung vitaminC. Satu butir telur berukuran sedangakan memberikan energi sekitar 80 kilokalori.
Seringkali orang menganggap bahwa telur yang kuningnya berwarna (kecoklatan) lebih bergizi dibandingkan dengan yang kulinya keputih-putihan. Sesungguhnya hal ini tidak benar sama swekali. Tidak ada hubungan antara warna kulit telur dengan nilai gizinya, artinya nilai gizi telur yang kulitnya berwarna kecoklatan atau keputih-putihan, sama saja. Demikian pula telur ayam kampung sama nilai gizinya dengan telur ayam ras, meskipun banyak orang yang lebih menyukai telur ayam kampung.
HINDARI PENCUCIAN TELUR
Di dalam putih telur terdapat suatu zat protein yang dapat memberikan pengaruh-pengaruh negatif bagi tubuh, karena kemampuannya untuk mengikat biotin (suatu vitamin). Biotin akan terikat kuat oleh avidin sehingga tidak dapat diserap oleh usus dan akhirnya dikeluarkan bersama feses.
Keracunan oleh avidin memberikan gejala sebagai berikut : dermatitis, kebotakan dan kelainan syaraf. Dosis keracunan selain dipengaruhi oleh aktivitas avidin dalam telur (dipengaruhi oleh proses pengolahan/pemanasan) dan jumlah telur yang dikonsumsi, juga sangat dipengaruhi oleh kadar biotin dari makanan lain yang dikonsumsi, serta status biotin dalam darah. Sehingga tidak setiap orang yang mengkonsumsi telur akan menderita keracunan.
Avidin dapat dihancurkan aktivitasnya dengan cara memanaskan pada suhu 18 o C selama 5 menit (pada suhu yang lebih tinggi diperlukan waktu pemanasan yang lebihn singkat), kecuali untuk telur yang telah mengalami fermentasi (misalnya telur “1000 tahun” dari Cina) yang memerlukan waktu pemanasan 18 kali lebih lama. Karena itu avidin seringkli disebut juga sebagai “ Chinese dried egg white injury factor”.
Ovomukoid juga merupakan protein yang terdapat dalam putih telur (mentah), karena kemampuannya untuk menginaktifkan enzim pencernaan protein (yaitu tripsin). Daya cerna yang rendah menunjukkan makin banyak bagian makanan yang terbuang ke feses.
Tidak seperti halnya dengan avidin, ovomukoid merupakan protein yang relatif lebih stabil terhadap pemanasan. Sekitar 90% aktivitasnyadapat dihancurkan dengan pemanasan pada suhu 80 o C selama 30 menit, dan seluruh aktivitasnya akan hilang dengan pemanasan pada suhu 90 o C selama 15 menit. Penelitian-penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa enzim tripsin manusia tidak dipengaruhi aktivitasnya oleh ovomukoid.
Salmonella adalah suatu bakteri yang dapat menimbulkan keracunan ( Salmonella Food poisoning ), dengan gejala-gejala seperti mual-mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, kedinginan, demam, dan diare.
Bakteri ini dapat mengkontaminasi telur sewaktu masih dalam indung telur ayam, tetapi yang paling sering terjadia adalah setelah telur dikeluarkan, terutama apabila kebersihan kandang dan lingkungan kurang diperhatikan. Pencucian telur dapat mempertinggi resiko masuknya bakteri ke dalam telur, karena itu sebaiknya dipilih telur yang bersih (tidak terkena kotoran ayam).
Salmonella dapat diinaktifkan dengan pemanasan. Untuk menghindari terjadinya keracunan oleh Salmonella, Departemen Pertanian Amerika serikat (USDA) mengharuskan melakukan pemanasan (pasteurisasi) selama 3,5 menit pada suhu 56,70 o C atau 6,2 menit pada suhu 55,50 o C untuk putih telur, atau 6,2 menit pada suhu 60 o C untuk telur utuh (campuran putih telur dan kuning telur).
MANA YANG BAIK
Meskipun telah dibuktikan bahwa ovomukoid tidak berpengaruh pada tripsin manusia, namun nampaknya proses pencernaan bayi dan anak kecil lebih peka dibandingkan dengan orang dewasa. Jadi sebaiknya telur mentah tidak diberikan pada bayi dan anak-anak, bahkan bagi anak yang berumur kurang dari satu tahun sebaiknya diberikan telur rebus, bukan telur setengah matang.
Untuk menhindari terjadinya keracunan Salmonella, bila telur yang akan dikonsumsi dalam keadaan kotor lebih baik tidak dikonsumsi dalam keadaan mentah, walaupun telur itu ditujukan untuk orang dewasa.
Tetapi bula Salmonella tidak merupakan masalah (misalnya keadaan telur bersih), maka nilai gizi telur mentah, setengah matang maupun rebus, bagi orang dewasa tidak berbeda.
Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi telur bagi orang dewasa (terutama yang berumur 40 tahun atau lebih, atau yang mempunyai kecenderungan mengidap penyakit jantung koroner)adalah kandungan kolesterol yang terdapat dalam kuning telur.
Kadar kolesterol yang terdapat dalam kuning telur sekitar 250 mg per butir (dalam daging sapi terdapat sekitar 75 mg per 3 ons, dalam hati sekitar 370 mg/3 ons dan dalam otak sekitar 1700 mg/3 ons). Para ahli gizi menganjurkan agar orang dewasa hanya mengkonsumsi telur paling banyak 4 butir per minggu.
Proses penggorengan akan menurunkan nilai gizi protein telur, meskipun relatif tidak banyak. Telur mata sapi nilai gizi proteinnya lebih rendah dari telur rebus, dan telur dadar lebih rendah lagi (apalagi yang berwarna kecoklatan). Dalam hubungan ini kita harus memilih apakah kita mengutamakan faktor rasa (telur yang digoreng kering lebih enak rasanya) atau faktor nilai gizi proteinnya.
Motivation........
Disaat anda sudah tidak memiliki apa2 lagi...
Dan secara perlahan sahabat2 anda bahkan orang yang anda kasihi sepenuh hati mulai meninggalkan anda...
Apa yang akan anda lakukan???
Apakah anda akan menyesali apa yang sudah anda korbankan untuk mereka???
Ataukah anda akan mengikhlaskannya???
Satu kuncinya,kita hidup didunia ini untuk mencari kebahagiaan didunia dan diakhirat..
Ketika mereka sudah tidak peduli lagi kepada anda...
Ketika mereka mulai menjauhi anda dengan segala kekurangan yang anda miliki...
Ingatlah!!! bahwa Allah masih sangat sangat sangat peduli kepada anda!!!
Allah akan selalu ada,dan Allah akan menolong hamba Nya yang membutuhkan Nya...
So.... untuk apa bersusah hati???
Adakah alasan anda untuk masih tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT???
Renungilah...... :)
Dan secara perlahan sahabat2 anda bahkan orang yang anda kasihi sepenuh hati mulai meninggalkan anda...
Apa yang akan anda lakukan???
Apakah anda akan menyesali apa yang sudah anda korbankan untuk mereka???
Ataukah anda akan mengikhlaskannya???
Satu kuncinya,kita hidup didunia ini untuk mencari kebahagiaan didunia dan diakhirat..
Ketika mereka sudah tidak peduli lagi kepada anda...
Ketika mereka mulai menjauhi anda dengan segala kekurangan yang anda miliki...
Ingatlah!!! bahwa Allah masih sangat sangat sangat peduli kepada anda!!!
Allah akan selalu ada,dan Allah akan menolong hamba Nya yang membutuhkan Nya...
So.... untuk apa bersusah hati???
Adakah alasan anda untuk masih tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT???
Renungilah...... :)
Rabu, 29 Juni 2011
MENGENAL LEBIH DEKAT TENTANG DIABETES MELLITUS
BAB I
PENDA HULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diabetes mellitus (DM) yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan penyakit kencing manis merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian meningkat. Kini, jumlah penderita diabetes di Indonesia semakin bertambah. Tidak hanya orang tua, remaja dan dewasa muda pun ternyata juga diserang penyakit gula.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 tercatat hampir 200 juta orang di dunia menderita diabetes dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita bisa mencapai sekitar 330 juta jiwa.
Sementara di Indonesia sendiri, berdasarkan data WHO pada tahun 2003 tercatat lebih dari 13 juta penderita diabetes, dari jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 20 juta penderita pada tahun 2030.
Peningkatan prevalensi DM menunjukkan pentingnya upaya pencegahan. DM timbul karena faktor keturunan dan perilaku. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan itu berjalan lambat, sedangkan pandemi DM saat ini merupakan cerminan perubahan gaya hidup. Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi faktor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang berolahraga dan asupan nutrisi yang berlebihan serta kegemukan merupakan faktor yang dapat diperbaiki.
Oleh sebab itu makalah ini dibuat agar kita bisa mengetahui bagaimana gelaja dan faktor pemicu terjadinya diabetes mellitus ini, dan bagaimana upaya pencegahan untuk mengurangi risiko terkena diabetes mellitus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor pemicu diabetes mellitus?
2. Bagaimana gejala-gejala yang ditimbulkan dari diabetes mellitus?
3. Adakah cara pencegahan diabetes mellitus?
4. Apa saja bahaya yang ditimbulkan dari penyakit diabetes mellirus?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai pengaruh metabolisme karbohidrat terhadap kadar gula dalam darah yang mengakibatkan timbulnya penyakit diabetes mellitus, dan bagaimana gejala serta faktor yang dari diabetes mellitus.
D. Manfaat Hasil Penulisan
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang luas kepada kita, agar kita bisa mengetahui bagaimana gejala dan faktor pemicu diabetes mellitus. Sehingga kita bisa benar-benar mengetahui dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari pola makan yang baik dan sehat itu seperti apa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor pemicu diabetes mellitus
Tingginya penderita diabetes di Indonesia sangat erat kaitannya dengan pola makan yang dianut mayoritas orang Indonesia. Dimana konsumsi karbohidrat secara berlebihan tanpa di imbangi dengan konsumsi lemak dan protein. Padahal asupan karbohidrat yang berlebihan memicu tingginya gula darah dalam tubuh, mengingat gula darah merupakan hasil metabolisme dari karbohidrat. Diabetes melitus merupakan penyakit kronik (menahun) yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah. Penyakit ini disebabkan oleh adanya gangguan pada hormon insulin yang berfungsi mentransfer glukosa (gula) dari dalam darah ke dalam sel secara tidak optimal.
Hormon insulin diproduksi oleh kalenjar pankreas. Dalam kalenjar pankreas mengandung kurang lebih 100.000 pulau Langerhans dan setiap pulau mengandung 100 sel beta. Oleh sel beta-lah hormon insulin diproduksi, dimana sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Untuk kemudian di dalam sel, glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga energi. Jika hormon insulin tidak ada, maka glukosa tak dapat masuk ke sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Sebaliknya, disamping sel beta, terdapat juga sel alfa yang memiliki fungsi memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dari hormon insulin, yakni meningkatkan kadar glukosa darah. Dalam keadaan seperti ini badan acapkali menjadi lemah karena tidak adanya sumber energi didalam sel. Hal inilah yang paling rentan terjadi pada diabetes melitus tipe 1.
Ada 2 tipe diabetes mellitus,yaitu:
1. DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
2. DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
B. Gejala-gejala yang timbul oleh diabetes mellitus
Gejala klinis yang khas pada DM yaitu “Triaspoli” polidipsi (banyak minum), poli phagia (banyak makan) & poliuri (banyak kencing), disamping disertai dengan keluhan sering kesemutan terutama pada jari-jari tangan, badan terasa lemas, gatal-gatal dan bila ada luka sukar sembuh. Kadang-kadang BB menurun secara drastis.
Untuk mengetahui apakah seorang menderita DM yaitu dengan memeriksakan kadar gula darah. Kadar gula darah normal adalah :
Pada saat : Puasa (nuchter) : 80 - < 110 mg/dl
Setelah makan : 110 - < 160 gr/dl
Penyulit/Komplikasi
Jika kadar gula darah terus menerus tinggi ini berarti tidak terkontrol, lama kelamaan akan timbul penyulit (komplikasi) yang pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah misalnya : pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (dapat terjadi kebutaan), pembuluh darah ginjal (GGK-hemodialisa) dll. Jika sudah terjadi penyulit ini maka usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut kearah normal sangat sulit. Oleh karena itu, usaha pencegahan dini untuk penyulit tersebut diperlukan dan diharapkan sangat bermanfaat untuk menghindari terjadinya berbagai hal yang tidak menguntungan.
C. Pencegahan diabetes mellitus
DM dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat sedini mungkin yaitu dengan mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan meningkatkan konsumsi sayuran, buah dan serat, membatasi makanan yang tinggi karbohidrat, protein dan lemak, mempertahankan berat badan (BB) yang normal sesuai dengan umur dan tinggi badan (TB) serta olah raga (OR) teratur sesuai umur & kemampuan.
Tujuan pengobatan penderita DM ialah: Untuk mengurangi gejala, menurunkan BB bagi yang kegemukan & mencegah terjadinya komplikasi.
1. Diit
Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diit sesuai yang dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretik atau insulin, harus mentaati diit terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur. Ketaatan ini sangat diperlukan juga pada saat : undangan/pesta, melakukan perjalanan, olah raga (OR) dan aktivitas lain .
2. Obat-obatan
Tablet/suntikan anti diabetes diberikan, namun therapy diit tidak boleh dilupakan dan pengobatan penyulit lain yang menyertai /suntikan insulin.
3. Olah Raga
Dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih baik, sehingga insulin yang ada walaupun relatif kurang, dapat dipakai dengan lebih efektif. Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi hari selama ½ - 1 jam perhari minimal 3 kali/minggu.
Penderita DM sebaiknya konsultasi gizi kepada dokter atau nutritionis (ahli gizi) setiap 6 bulan sekali untuk mengatur pola diit dan makan guna mengakomodasikan pertumbuhan dan perubahan BB sesuai pola hidup.
D. Bahaya penderita diabetes mellitus
Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang membahayakan jiwa maupun mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Komplikasi akut
1. Komplikasi akut yang paling berbahaya adalah terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah sangat rendah), karena dapat mengakibatkan koma (tidak sadar) bahkan kematian bila tidak cepat ditolong. Keadaan hipoglikemia ini biasanya dipicu karena penderita tidak patuh dengan jadwal makanan (diit) yang telah ditetapkan, sedangkan penderita tetap minum obat anti diabetika atau mendapatkan infeksi insulin. Gejala-gejala terjadinya hipoglikemia adalah rasa lapar, lemas, gemetar, sakit kepala, keringat dingin dan bahkan sampai kejang-kejang.
2. Koma pada penderita DM juga dapat disebabkan karena tingginya kadar gula dalam darah, yang biasanya dipicu adanya penyakit infeksi atau karena penderita DM tidak minum obat/mendapatkan insulin sesuai dosis yang dianjurkan. Gejala dari hiperglikemia adalah rasa haus, kulit hangat dan kering, mual dan muntah, nyeri abdomen, pusing dan poliuria.
Karena sulit untuk membedakan komplikasi karena hipo atau hiperglikemia, maka dianjurkan kalau ada gejala-gejala seperti diatas pada penderita DM, lebih baik segera ditolong dengan diberikan air gula atau permen, kemudian penderita segera dikirim ke Rumah Sakit.
Komplikasi Kronis
Bila sudah terjadi komplikasi yang mengakibatkan tingginya kadar gula darah dalam waktu lama seperti gangguan pada saraf, mata, hati, jantung, pembuluh darah dan ginjal, selain upaya menurunkan kadar gula darah dengan obat antibiotik/insulin dan terapi diit, perlu pengobatan untuk komplikasinya. Diit juga ditujukan untuk mengurangi/menyembuhkan komplikasi tersebut (misalnya kadar kolesterol juga tinggi, diit diarahkan juga untuk menurunkan kadar kolesterol tersebut).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit DM ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan kemauan keras penyakit ini dapat dikendalikan dan dengan berbekal pengetahuan yang cukup dan keinginan yang kuat maka DM ini bukan penyakit yang menakutkan.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar memberikan kritikan dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan juga untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita. Semoga dengan adanya makalah ini bisa berguna untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization Department of Noncommunicable Disease Surveillance (1999). "Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications" (PDF)..
"Neurodegenerative disorders associated with diabetes mellitus". Department of Clinical Nutrition, German Institute for Human Nutrition; Ristow M..
"(Pre)diabetes, brain aging, and cognition". Division of Geriatrics, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of São Paulo-RP; S Roriz-Filho J, Sá-Roriz TM, Rosset I, Camozzato AL, Santos AC, Chaves ML, Moriguti JC, Roriz-Cruz M..
"[Endocrine abnormalities and vessels in patients with diabetes"]. II. interní klinika Lékarské fakulty UK a FN Hradec Králové; Cáp J..
"Secondary diabetes associated with principal endocrinopathies: the impact of new treatment modalities". Department of Endocrinology and Medical Sciences, Center of Excellence for Biomedical Research, University of Genoa; Resmini E, Minuto F, Colao A, Ferone D..
"Cytokine synergism in apoptosis: its role in diabetes and cancer". Department of Medicine, Samsung Medical Center, Sungkyunkwan University School of Medicine and National Research Laboratory of Cell Death and Diabetes Research; Lee MS..
"The role of Fas ligand in beta cell destruction in autoimmune diabetes of NOD mice". Autoimmunity Research Unit, Canberra Clinical School, University of Sydney; Petrovsky N, Silva D, Socha L, Slattery R, Charlton B..
"Prevention of type 1 diabetes: from the view point of beta cell damage.". Department of Metabolism/Diabetes and Clinical Nutrition, Nagasaki University Hospital of Medicine and Dentistry; Kawasaki E, Abiru N, Eguchi K..
"Insulin Response to Glucose Is Lower in Individuals Homozygous for the Arg 64 Variant of the ß-3-Adrenergic Receptor". Johns Hopkins University School of Medicine, et al; Jeremy Walston, Kristi Silver, et al..
Langganan:
Postingan (Atom)