Jumat, 01 Juli 2011

IODIUM CEGAH LOST GENERATION

Meskipun hanya sedikit dibutuhkan, iodium berpengaruh besar pada kualitas kesehatan seseorang. Bukan cuma menyebabkan gondok, tetapi juga membuat cebol dan bodoh. Selain garam beriodium, makanlah rumput laut dan aneka ikan.

Salah satu masalah gizi yang sedang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dewasa ini adalah gangguan akibat kekurangan iodium, biasa disingkat GAKI. Tiga macam strategi yang telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan jumlah penderita GAKI adalah: (1) memberikan suplemen kapsul minyak beriodium di daerah endemik, (2) program iodisasi garam, serta (3) diversifikasi konsumsi pangan sumber iodium.

Program pemberian suplemen kapsul beriodium merupakan program jangka pendek yang sangat mahal biayanya, sehingga tidak mungkin diterapkan secara nasional dan berkesinambungan. Program iodisasi garam yang telah dilakukan pemerintah sejak tahun 1990, hingga saat ini memang belum berjalan dengan baik. Sekitar 20pesen penduduk (lebih kurang 40 juta jiwa) tidak memiliki akses terhadap garam beriodium.
Bertitik tolak dari belum berhasilnya penanggulangan masalah GAKI dengan program suplementasi kapsul beriodium dan iodisasi garam, dirasakan perlunya kehadiran program lain yang lebih membumi. Program itu melalui pendekatan food based, yaitu pengembangan diversifikasi konsumsi pangan yang secara alami memiliki kandungan iodium tinggi.

Apa Itu Iodium? Iodium merupakan mineral yang termasuk unsur gizi esensial walaupun jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh, yaitu hanya 0,00004persen dari berat tubuh atau sekitar 15-23 mg. Itulah sebabnya iodium sering disebut sebagai mineral mikro atau trace element.

Manusia tidak dapat membuat unsur iodium dalam tubuhnya seperti ia membuat protein atau gula. Manusia harus mendapatkan iodium dari luar tubuhnya (secara alamiah), yakni melalui serapan dari iodium yang terkandung dalam makanan dan minuman.

Kebutuhan tubuh akan iodium rata-rata mencapai 1-2 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi menganjurkan konsumsi iodium per hari berdasarkan kelompok umur seperti tercantum pada Tabel 1. Sesungguhnya kebutuhan terhadap iodium sangat kecil, pada orang dewasa hanya 150 mikrogram (1 mikrogram = seperseribu miligram).

Iodium diperlukan tubuh terutama untuk sintesis hormon tiroksin, yaitu suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dalam waktu lama, kelenjar tiroid akan membesar untuk menangkap iodium, yang lebih banyak dari darah. Pembesaran kelenjar tiroid tersebutlah yang sehari-hari kita kenal sebagai penyakit gondok.

Cebol dan Terbelakang GAKI merupakan masalah yang sangat serius karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Survei pemetaan GAKI tahun 1998 menunjukkan 87 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah risiko kekurangan iodium. Diperkirakan 20 juta penduduk menderita penyakit gondok dan 290.000 kretin (cebol dan keterbelakangan mental), akibat kekurangan iodium.

Akibat negatif dari GAKI ternyata jauh lebih luas dari sekadar terjadinya pembesaran kelenjar gondok. Yang sangat mengkhawatirkan adalah akibat negatif pada susunan saraf pusat yang akan berpengaruh pada perkembangan otak, kecerdasan, dan dampak sosial/ekonomi masyarakat pada umumnya.
Dewasa ini Indonesia diperkirakan kehilangan 140 juta poin kecerdasan inteligensi (intelligence quotient/IQ) akibat GAKI. Perhitungan ini didasarkan pada hasil perkalian jumlah penderita dengan klasifikasi pengurangan IQ point, yaitu sebagai berikut: 50 poin akibat kretin (GAKI berat), 5 poin gondok, 10 poin GAKI pada bayi, dan 10 poin akibat GAKI bentuk lain.

IQ point merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam hal berpikir, memecahkan masalah, dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Rata-rata IQ point manusia normal adalah 110 poin, dan IQ di bawah 80 poin tergolong bodoh (Bina Gizi Masyarakat DepKes RI, 1995).

Selain mengakibatkan penurunan IQ, kekurangan iodium juga menyebabkan keguguran kandungan, gangguan perkembangan saraf, serta penyakit kretinisme yang menyebabkan orang menjadi cebol dan bodoh. Namun, penyakit gondok masih dianggap sebagai akibat GAKI yang utama.

Terpayah di Asia Hingga saat ini angka gondok nasional masih mencapai 9,8persen, jauh di atas standar WHO yang mensyaratkan angka gondok di bawah lima persen. Di beberapa provinsi seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat, angka gondok bahkan mencapai 30persen.

Saat ini terdapat 1.779 kecamatan di Indonesia yang menderita epidemik gondok dengan derajat yang bervariasi. Karena itu, konsumsi iodium perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mencegah terjadinya generasi yang hilang (lost generation).

Hal ini sangat penting dilakukan karena berdasarkan data indeks pengembangan sumber daya manusia (Human Development Index = HDI) dari UNDP (tahun 2000) Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, yaitu terendah di Asia. HDI untuk Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Singapura, masing-masing berada pada peringkat 77, 67, 56, 25, dan 22.

Dari penelitian di Universitas Diponegoro Semarang terungkap bahwa pemberian iodium pada siswa sekolah dapat mengurangi angka drop out. Selain mempengaruhi tingkat kecerdasan, iodium ternyata dapat menaikkan semangat hidup dan kesehatan seseorang, sehingga memperbesar daya juang.
Kekurangan Saat Hamil Susunan saraf terdiri dari sel-sel neuron dan sel-sel glia yang mulai dibentuk pada stadium embriologis yang terus berlangsung dalam waktu singkat sesudah bayi dilahirkan. Sel-sel neuron tersebutlah yang sangat terkait dengan proses kecerdasan.

Fungsi iodium dalam meningkatkan kecerdasan adalah dalam kaitannya dengan pertumbuhan sel-sel otak, yaitu sel neuron. Jumlah sel neuron di dalam otak umumnya mencapai sekitar 10 miliar. Kekurangan iodium pada masa kehamilan dan awal masa kehidupan anak dapat menurunkan jumlah sel neuron yang ada di otak. Karena itu, masa-masa tersebut merupakan masa yang sangat kritis dan perlu mendapatkan zat-zat gizi dalam jumlah cukup, seperti asam amino, asam lemak, vitamin, dan mineral (terutama iodium).

Neuron mempunyai empat bagian penting, yaitu badan sel, dendrit, akson, dan terminal akson. Akson merupakan bagian sel saraf yang berfungsi membawa pesan dengan perantara benang saraf. Neuron mempunyai kemampuan konduktivitas (penghantar) dan eksitabilitas (dapat dirangsang). Sel ini berkemampuan memberikan reaksi atas rangsangan dari sumber luar, seperti rangsangan mekanik, elektrik, kimiawi atau fisik, yang menimbulkan impuls dan dihantar melalui saraf. Sebuah impuls saraf selalu dihantar melalui dendrit ke sel, kemudian dari sel ke akson. Hubungan satu neuron dengan neuron yang lain tidak membentuk jalinan yang sambung-menyambung melainkan terpisah oleh celah yang sangat sempit (1/5.000 mm) yang disebut synapsis. Untuk melalui synapsis, impuls saraf memerlukan suatu zat pembawa yang disebut neurotransmitter.

Terdapat sekitar 30 neurotransmitter yang telah diketahui, di antaranya adalah serotonin, norepineprin, epineprin, dopamin, dan asetilkolin. Neurotransmitter tersebut dibentuk dari bahan baku yang berupa asam amino (protein). Kekurangan protein akan berdampak pada berkurangnya jumlah neurotransmitter, sehingga penyampaian pesan menjadi lambat. Dengan kata lain, orang akan menjadi bodoh. Itulah sebabnya mengapa protein sangat dibutuhkan selama janin ada di dalam kandungan dan pada awal-awal masa kehidupan.
sumber : www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar