Kamis, 05 Desember 2013

Tugas semprob



PEMANFAATAN ANTIOKSIDAN KULIT MANGGIS UNTUK KESEHATAN TUBUH
TUGAS

LOGO FTP



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Seminar Problematik
Oleh:
Yan Abdi Nugroho        (105100504111003)


Kelas : R


PROGRAM STUDY ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013


ABSTRACT

Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is a fruit tree originated from south-east Asia including Indonesia, Thailand, Malaysia and Myanmar. Generally, people use only the fruit and discard it’s hull or rind. Traditionally, part of the tree used for medicinal purpose is the rind or hull as herbal remedies such as diarrhea, dysentery, eczema and other skin disorders. The fruit hulls of mangosteen are well known to be rich in xanthone compounds. From bioassay-guided isolation study, the most active xanthones are alphamangstin, gamma-mangostin and garcinone-E. Extensive research has shown that extracts of mangosteen hulls and the xanthones exhibit a wide range of pharmacological activities such as anti-allergy, antiinflammatory, anti-oxidant, anti-carcinogenic, anti-microorganism, anti-atherosclerosis and anti-HIV. The ethanolic extract of the hull containing major active xanthone was reported to be non-toxic in both acute and sub-chronic toxicity studies.

Key words : mangosteen , pharmacology , mangostin , xanthone

I. PENDAHULUAN
Kulit buah manggis mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, anti jamur bahkan untuk pengobatan atau terapi penyakit HIV. Beberapa senyawa utama kandungann kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggungjawab atas beberapa aktivitas farmakologi adalah golongan xanton. Senyawa xanton yang telah teridentifikasi, diantaranya adalah 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)-9H-xanten-9-on and 1,3,6,7 tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)-9Hxanten-9-on. Keduanya lebih dikenal dengan nama alfa mangostin dan gamma-mangostin (Jinsart, 1992). Ho et al (2002) melaporkan senyawa xanton yang diisolasi dari kulit buah manggis, ternyata juga menunjukkan aktivitas farmakologi yaitu garcinon E. Iswari dan Sudaryono (2007) menyatakan bahwa sifat antioksidan pada xanthone melebihi vitamin E dan vitamin C.
Kadar antioksidan yang terkandung dalam kulit buah manggis tergantung dari perlakuan yang tepat setelah pemanenan, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar polifenol dan antioksidan tertinggi yaitu pada 4 bulan setelah anthesis (Kukuh, 2011). Secara luas, masyarakat Thailand memanfaatkan kulit buah manggis untuk pengobatan penyakit sariawan, disentri, cystitis, diare, gonorea, dan eksim (ICUC, 2003). Di era modern, pemanfaatan kuliat buah manggis secara luas di Negara tersebut memicu minat para ilmuwan untuk menyelidi dan mengembangkan lembih lanjut aspek ilmiah keberkhasiatan kulit buah manggis tersebut. Banyak penelitian telah membuktikan khasiat kulit buah manggis, dan diantaranya bahkan menemukan senyawa senyawa yang bertanggungjawab terhadap efek-efek tersebut. Berikut ini akan disajikan pembahasan mengenai efek farmakologi dari kulit buah manggis.

II. ISI
A. Aktivitas antihistamin
Dalam reaksi alergi, komponen utama yang mengambil beran penting adalah sel mast, beserta mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu histamin dan serotonin. Allergi disebabkan oleh respon imunitas terhadap suatu antigen ataupun alergen yang berinteraksi dengan limfosit B yang dapat memproduksi imunoglobulin E (IgE). Imunoglubulin E yang diproduksi kemudian menempel pada reseptor FcεRI pada permukaan membran sel mast. Setelah adanya interaksi kembali antara antigen-antibodi, akan merangsang sel mast untuk melepaskan histamin (Kresno, 2001; Subowo, 1993). Berhubungan dengan reaksi alergi atau pelepasan histamin tersebut, (Chairungsrilerd et al. 1996a, 1996b, 1998) melakukan pengujian ekstrak metanol kulit buah manggis terhadap kontraksi aorta dada kelinci terisolasi yang diinduksi oleh histamine maupun serotonin. Dari analisa komponenkomponen aktif dari fraksi lanjutan hasil dari kromatografi gel silika, mengindikasikan bahwa senyawa aktifnya adalah alfa dan gamma mangostin.

B. Antiinflamasi
Dari hasil penelitian diduga bahwa senyawa yang mempunyai aktivitas anti-inflamasi adalah gamma-mangostin. Gamma-mangostin merupakan xanton bentuk diprenilasi tetraoksigenasi.

C. Anti-oksidan
Dalam Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis berpotensi sebagai antioksidan. Selanjutnya, Weecharangsan et al. (2006) menindak-lanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian aktivitas antioksidan beberapa ekstrak kulit buah manggis yaitu ekstrak air, etanol 50 dan 95%, serta etil asetat. Metode yang digunakan adalah penangkatapan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ekstrak mempunyai potensi sebagai penangkal radikal bebas, dan ekstrak air dan etanol mempunyai potensi lebih besar. Berkaitan dengan aktivitas antioksidan tersebut, kedua ekstrak tersebut juga mampu menunjukkan aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-15.

D. Antikanker
Hingga saat ini, pengobatan kankermasih tidak memuaskan. Oleh karena itu, penelitian penemuan obat kanker masih gencar dilakukan. Salah satu tanaman obat yang menjadi objek kajian adalah kulit buah manggis. Ho et al. (2002) berhasil mengisolasi beberapa senyawa xanton dan menguji efek sitotoksisitas pada sel line kanker hati. Berdasarkan penelitian tersebut, senyawa garsinon E menunjukkan aktivitas sitotoksisitas paling poten. Sementra itu, Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak metanol kulit buah manggis menunjukka aktivitas sangat poten dalam menghambat proliferasi sel kanker payudara SKBR3, dan menunjukkan aktivitas apoptosis.

E. Antimikroorganisme
Selain memiliki beberapa aktivitas farmakologi seperti di atas, kulit buah manggis juga menunjukkan aktivitas antimikroorganisme. Suksamrarn et al. (2003) bersama kelompoknya asal Thailand, melakukan penelitian potensi antituberkulosa dari senyawa xanton terprenilasi yang diisolasi dari kulit buah manggis. Seperti pada hasil penelitian sebelumnya, alfa mangostin, gamma-mangostin dan garsinon B juga menunjukkan aktivitas paling poten pada percobaan ini. Ketiga senyawa tersebut menghambat kuat terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Hasil temuan tersebut ditindaklanjuti peneliti asal Osaka Jepang, Sakagami et al. (2005). Fokus pada alfa-mangostin, kali ini senyawa tersebut diisolasi dari kulit batang pohon untuk memperoleh jumlah yang besar. Alfa mangostin aktif terhadap bakteri Enterococci dan Staphylococcus aureus yang masingmasing resisten terhadap vancomisin dan metisilin. Ini diperkuat dengan aktivitas sinergisme dengan beberapa antibiotika (gentamisin dan vancomisin) terhadap keduabakteri tersebut. Sementara itu, Mahabusarakam et al. (2006) melakukan pengujian golongan xanton termasuk mangostin, pada Plasmodium falciparum. Hasil menunjukkan bahwa mangostin mempunyai efek antiplasmodial level menengah, sedangkan xanton terprenilasi yang mempunyai gugus alkilamino menghambat sangat poten.

F. Aktivitas lainnya
Telah disebutkan sebelumnya bahwa alfa-mangostin memiliki aktivitas antioksidan dan penangkal radikal bebas. Berkaitan dengan fakta tersebut, alfa-mangostin mampu menghambat proses oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL) yang sangat berperan dalam aterosklerosis (William et al., 1995). Sedangkan Mahabusarakam et al. (2000) melaporkan bahwa xanton terprenilasi juga dapat menghambat proses oksidasi dari LDL tersebut. Penelitian lainnnya, mangostin dilaporkan menghambat poten terhadap HIV-1 protease (Chen et al., 1996). Sementara itu, Gopalakrishnan et al. (1997) melaporkan bahwa senyawa xanton mangostin dari kuliat buah manggis mampu penghambat pertumbuhan jamur patogenik : Fusarium oxysporum vasinfectum, Alternaria tenuis, dan Dreschlera oryzae.

KAJIAN TOKSISITAS KULIT BUAH MANGGIS
Telah disebutkan bahwa kulit buah manggis mampu menunjukkan berbagai aktivitas farmakologi, dan diantaranya adalah sangat poten. Senyawa-senyawa utama yang dominan menunjukkan aktivitas farmakologi adalah alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garsinon-E. Di lain pihak, perlu juga dilakukan penelitian mengenai kemungkinan efek toksik dari penggunaan kulit buah manggis tersebut. Jujun et al. (2006) melakukan uji toksisitas akut maupun subkronis terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis yang mengandung senyawa-senyawa aktif pentingnya. Pada percobaan toksistas akut, ekstrak (10-25 %) tersebut tidak menunjukkan efek toksis (kematian dan perubahan fisik ataupun aktivitas) pada tikus. Secara histopatologi, juga tidak ditemukan perubahan yang berarti pada organ-organ vital tikus (hati, jantung, paru-paru, adrenal, ovarium, ginjal, testis). Pada percobaan toksisitas sub-kronis, pemakaian ekstrak etanol kulit buah manggis (dosis 50-1000 mg/kg BB) selama 28 hari juga tidak menunjukkan efek toksik yang berarti, yang meiputi pengamatan gejala efek toksis, perubahan pertumbuhan, bobot organ-organ vital, analisa hematologi, kimia darah maupun gross histopatologinya.

KESIMPULAN
Kajian di atas telah membuka tabir rahasia mengenai keberkhasiatan kulit buah manggis yang selama ini hanya dibuang saja. Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar buah manggis disamping Thailand, Malaysia, Myanmar dan Sri Lanka. Sehingga sangat disayangkan apabila kulit buah manggis tersebut tidak dimanfaatkan karena sudah terbukti berkhasiat. Di beberapa Negara maju, kulit buah manggis bahkan sudah dibuat preparat obat tradisional siap pakai misalnya Mangosteen RX®, Amigo Health Juice®, AmerMed Mangosteen Pericarp® yang kesemuanya mengandung ekstrak kulit buah manggis. Fakta dan kenyataan di atas mestinya menjadi pemacu Masyarakat Indonesia (salah satu produsen terbesar buah manggis) untuk memanfaatkan lebih lanjut kulit buah manggis yang selama ini kita buang saja. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kulit buah manggis mempunyai aktivitas farmakologi antara lain : anti-alergi, antiinflamasi, anti-mikroorganisme, anti-oksidan, anti-kanker, anti-aterosklerosis maupun anti- HIV. Senyawa paling aktif dalam kulit buah manggis adalah alfa-mangostin, gammamangostin dan garsinon-E.






DAFTAR PUSTAKA
Chairungsrilerd N, Furukawa K, Ohta T, Nozoe S, Ohizumi Y., 1996a, Histaminergic and serotonergic receptor blocking substances from the medicinal plant Garcinia mangostana, Planta Med., 62(5):471-472.

Chen SX, Wan M, Loh BN., 1996, Active constituents against HIV-1 protease from Garcinia mangostana, Planta Med.,62(4):381-2.

Chairungsrilerd N, Furukawa K, Ohta T, Nozoe S,Ohizumi Y., 1996b, Pharmacological properties of alpha-mangostin, a novel histamine H1 receptor antagonist, Eur J Pharmacol., 314(3):351-356.

Chairungsrilerd N, Furukawa KI, Ohta T, Nozoe S, Ohizumi Y., 1998, Gamma-mangostin, a novel type of 5-hydroxytryptamine 2A receptor antagonist, Naunyn Schmiedebergs Arch Pharmacol., 357(1): 25-31

Gopalakrishnan G, Banumathi B, Suresh G., 1997, Evaluation of the antifungal activity of natural xanthones from Garcinia mangostana and their synthetic derivatives, J Nat Prod., 60(5):519-524.

Ho CK, Huang YL, Chen CC., 2002, Garcinone E, a xanthone derivative, has potent cytotoxic effect against hepatocellular carcinoma cell lines, Planta Med., 68(11):975-979.

ICUC, 2003, Fruit to the Future Mangosteen, Factsheet, No 8, International Centre for Underutilized Crops.

Iswari K dan Sudaryono T. 2007. Empat Jenis Olahan Manggis, Si Ratu Buah Dunia dari Sumbar. Di dalam Tabloid Sinar Tani. BPTP Sumbar.

Jinsart W, Ternai B, Buddhasukh D, Polya GM., 1992, Inhibition of wheat embryo calcium-dependent protein kinase and other kinases by mangostin and gammamangostin, Phytochemistry, 31(11):3711- 3713.

Jujun, P., Taesotikul, W., Pootakham, K., Duangrat, C., Tharavigitkul, P., Pongpaibul, Y., 2006, Acut and repeated Dose Toxicities of Garcinia Mangostana Rind extract., Proceedings of 6th National Symposium on Graduate Research, Graduate School of Chulalongkorn University, Thailand.

Kresno, S.B., 2001, Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, 137-145, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mahabusarakam W, Kuaha K, Wilairat P, Taylor WC., 2006, Prenylated xanthones as potential antiplasmodial substances, Planta Med., 72(10):912-916.

Moongkarndi P, Kosem N, Kaslungka S, Luanratana O, Pongpan N, Neungton N., 2004, Antiproliferation, antioxidation and induction of apoptosis by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human breast cancer cell line, J Ethnopharmacol., 90(1):161-166.

Sakagami Y, Iinuma M, Piyasena KG, Dharmaratne HR., 2005, Antibacterial activity of alpha-mangostin against vancomycin resistant Enterococci (VRE) and synergism with antibiotics, Phytomedicine, 12(3):203-208.

Subowo, 1993, Imunologi Klinik, 9-35, Angkasa, Bandung.

Suksamrarn S, Suwannapoch N, Phakhodee W, Thanuhiranlert J, Ratananukul P, Chimnoi N, Suksamrarn A., 2003, Antimycobacterial activity of prenylated xanthones from the fruits of Garcinia mangostana, Chem Pharm Bull (Tokyo)., 51(7):857-859.

Weecharangsan W, Opanasopit P, Sukma M, Ngawhirunpat T, Sotanaphun U, Siripong P., 2006, Antioxidative and neuroprotective activities of extracts from the fruit hull of mangosteen (Garcinia mangostana Linn.), Med Princ Pract., 15(4):281-287.

Williams P, Ongsakul M, Proudfoot J, Croft K, Beilin L., 1995, Mangostin inhibits the oxidative modification of human low density lipoprotein, Free Radic Res., 23(2):175-184.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar