PEMANFAATAN
ANTIOKSIDAN KULIT MANGGIS UNTUK KESEHATAN TUBUH
TUGAS
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Seminar Problematik
Oleh:
Yan Abdi Nugroho (105100504111003)
Kelas : R
PROGRAM
STUDY ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2013
ABSTRACT
Mangosteen
(Garcinia mangostana L.) is a fruit tree originated from south-east Asia
including Indonesia, Thailand, Malaysia and Myanmar. Generally, people use only
the fruit and discard it’s hull or rind. Traditionally, part of the tree used
for medicinal purpose is the rind or hull as herbal remedies such as diarrhea,
dysentery, eczema and other skin disorders. The fruit hulls of mangosteen are
well known to be rich in xanthone compounds. From bioassay-guided isolation
study, the most active xanthones are alphamangstin, gamma-mangostin and
garcinone-E. Extensive research has shown that extracts of mangosteen hulls and
the xanthones exhibit a wide range of pharmacological activities such as
anti-allergy, antiinflammatory, anti-oxidant, anti-carcinogenic,
anti-microorganism, anti-atherosclerosis and anti-HIV. The ethanolic extract of
the hull containing major active xanthone was reported to be non-toxic in both
acute and sub-chronic toxicity studies.
Key words : mangosteen , pharmacology
, mangostin , xanthone
I.
PENDAHULUAN
Kulit buah
manggis mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi,
antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, anti jamur bahkan untuk
pengobatan atau terapi penyakit HIV. Beberapa senyawa utama kandungann kulit
buah manggis yang dilaporkan bertanggungjawab atas beberapa aktivitas
farmakologi adalah golongan xanton. Senyawa xanton yang telah teridentifikasi,
diantaranya adalah 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)-9H-xanten-9-on
and 1,3,6,7 tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)-9Hxanten-9-on. Keduanya
lebih dikenal dengan nama alfa mangostin dan gamma-mangostin (Jinsart, 1992).
Ho et al (2002) melaporkan senyawa xanton yang diisolasi dari kulit buah
manggis, ternyata juga menunjukkan aktivitas farmakologi yaitu garcinon E.
Iswari dan Sudaryono (2007) menyatakan bahwa sifat antioksidan pada xanthone
melebihi vitamin E dan vitamin C.
Kadar
antioksidan yang terkandung dalam kulit buah manggis tergantung dari perlakuan
yang tepat setelah pemanenan, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
kadar polifenol dan antioksidan tertinggi yaitu pada 4 bulan setelah anthesis
(Kukuh, 2011). Secara luas, masyarakat Thailand memanfaatkan kulit buah manggis
untuk pengobatan penyakit sariawan, disentri, cystitis, diare, gonorea, dan
eksim (ICUC, 2003). Di era modern, pemanfaatan kuliat buah manggis secara luas
di Negara tersebut memicu minat para ilmuwan untuk menyelidi dan mengembangkan
lembih lanjut aspek ilmiah keberkhasiatan kulit buah manggis tersebut. Banyak
penelitian telah membuktikan khasiat kulit buah manggis, dan diantaranya bahkan
menemukan senyawa senyawa yang bertanggungjawab terhadap efek-efek tersebut.
Berikut ini akan disajikan pembahasan mengenai efek farmakologi dari kulit buah
manggis.
II.
ISI
A. Aktivitas antihistamin
Dalam
reaksi alergi, komponen utama yang mengambil beran penting adalah sel mast,
beserta mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu histamin dan serotonin.
Allergi disebabkan oleh respon imunitas terhadap suatu antigen ataupun alergen
yang berinteraksi dengan limfosit B yang dapat memproduksi imunoglobulin E
(IgE). Imunoglubulin E yang diproduksi kemudian menempel pada reseptor FcεRI
pada permukaan membran sel mast. Setelah adanya interaksi kembali antara
antigen-antibodi, akan merangsang sel mast untuk melepaskan histamin (Kresno,
2001; Subowo, 1993). Berhubungan dengan reaksi alergi atau pelepasan histamin
tersebut, (Chairungsrilerd et al. 1996a, 1996b, 1998) melakukan
pengujian ekstrak metanol kulit buah manggis terhadap kontraksi aorta dada
kelinci terisolasi yang diinduksi oleh histamine maupun serotonin. Dari analisa
komponenkomponen aktif dari fraksi lanjutan hasil dari kromatografi gel silika,
mengindikasikan bahwa senyawa aktifnya adalah alfa dan gamma mangostin.
B. Antiinflamasi
Dari hasil
penelitian diduga bahwa senyawa yang mempunyai aktivitas anti-inflamasi adalah
gamma-mangostin. Gamma-mangostin merupakan xanton bentuk diprenilasi tetraoksigenasi.
C. Anti-oksidan
Dalam
Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis berpotensi
sebagai antioksidan. Selanjutnya, Weecharangsan et al. (2006)
menindak-lanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian
aktivitas antioksidan beberapa ekstrak kulit buah manggis yaitu ekstrak air, etanol
50 dan 95%, serta etil asetat. Metode yang digunakan adalah penangkatapan
radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua ekstrak mempunyai potensi sebagai penangkal radikal bebas, dan
ekstrak air dan etanol mempunyai potensi lebih besar. Berkaitan dengan
aktivitas antioksidan tersebut, kedua ekstrak tersebut juga mampu menunjukkan
aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-15.
D. Antikanker
Hingga saat
ini, pengobatan kankermasih tidak memuaskan. Oleh karena itu, penelitian
penemuan obat kanker masih gencar dilakukan. Salah satu tanaman obat yang menjadi
objek kajian adalah kulit buah manggis. Ho et al. (2002) berhasil
mengisolasi beberapa senyawa xanton dan menguji efek sitotoksisitas pada sel
line kanker hati. Berdasarkan penelitian tersebut, senyawa garsinon E
menunjukkan aktivitas sitotoksisitas paling poten. Sementra itu, Moongkarndi et
al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak metanol kulit buah manggis menunjukka
aktivitas sangat poten dalam menghambat proliferasi sel kanker payudara SKBR3,
dan menunjukkan aktivitas apoptosis.
E. Antimikroorganisme
Selain
memiliki beberapa aktivitas farmakologi seperti di atas, kulit buah manggis juga
menunjukkan aktivitas antimikroorganisme. Suksamrarn et al. (2003) bersama
kelompoknya asal Thailand, melakukan penelitian potensi antituberkulosa dari
senyawa xanton terprenilasi yang diisolasi dari kulit buah manggis. Seperti
pada hasil penelitian sebelumnya, alfa mangostin, gamma-mangostin dan garsinon
B juga menunjukkan aktivitas paling poten pada percobaan ini. Ketiga senyawa
tersebut menghambat kuat terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Hasil temuan tersebut ditindaklanjuti peneliti asal Osaka Jepang, Sakagami et
al. (2005). Fokus pada alfa-mangostin, kali ini senyawa tersebut diisolasi
dari kulit batang pohon untuk memperoleh jumlah yang besar. Alfa mangostin
aktif terhadap bakteri Enterococci dan Staphylococcus aureus yang
masingmasing resisten terhadap vancomisin dan metisilin. Ini diperkuat dengan
aktivitas sinergisme dengan beberapa antibiotika (gentamisin dan vancomisin)
terhadap keduabakteri tersebut. Sementara itu, Mahabusarakam et al.
(2006) melakukan pengujian golongan xanton termasuk mangostin, pada Plasmodium
falciparum. Hasil menunjukkan bahwa mangostin mempunyai efek antiplasmodial
level menengah, sedangkan xanton terprenilasi yang mempunyai gugus alkilamino
menghambat sangat poten.
F. Aktivitas lainnya
Telah
disebutkan sebelumnya bahwa alfa-mangostin memiliki aktivitas antioksidan dan
penangkal radikal bebas. Berkaitan dengan fakta tersebut, alfa-mangostin mampu menghambat
proses oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL) yang sangat berperan dalam
aterosklerosis (William et al., 1995). Sedangkan Mahabusarakam et al.
(2000) melaporkan bahwa xanton terprenilasi juga dapat menghambat proses
oksidasi dari LDL tersebut. Penelitian lainnnya, mangostin dilaporkan
menghambat poten terhadap HIV-1 protease (Chen et al., 1996). Sementara
itu, Gopalakrishnan et al. (1997) melaporkan bahwa senyawa xanton
mangostin dari kuliat buah manggis mampu penghambat pertumbuhan jamur patogenik
: Fusarium oxysporum vasinfectum, Alternaria tenuis, dan Dreschlera
oryzae.
KAJIAN TOKSISITAS KULIT BUAH MANGGIS
Telah
disebutkan bahwa kulit buah manggis mampu menunjukkan berbagai aktivitas
farmakologi, dan diantaranya adalah sangat poten. Senyawa-senyawa utama yang dominan
menunjukkan aktivitas farmakologi adalah alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garsinon-E.
Di lain pihak, perlu juga dilakukan penelitian mengenai kemungkinan efek toksik
dari penggunaan kulit buah manggis tersebut. Jujun et al. (2006) melakukan
uji toksisitas akut maupun subkronis terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis
yang mengandung senyawa-senyawa aktif pentingnya. Pada percobaan toksistas akut,
ekstrak (10-25 %) tersebut tidak menunjukkan efek toksis (kematian dan perubahan
fisik ataupun aktivitas) pada tikus. Secara histopatologi, juga tidak ditemukan
perubahan yang berarti pada organ-organ vital tikus (hati, jantung, paru-paru,
adrenal, ovarium, ginjal, testis). Pada percobaan toksisitas sub-kronis,
pemakaian ekstrak etanol kulit buah manggis (dosis 50-1000 mg/kg BB) selama 28
hari juga tidak menunjukkan efek toksik yang berarti, yang meiputi pengamatan
gejala efek toksis, perubahan pertumbuhan, bobot organ-organ vital, analisa
hematologi, kimia darah maupun gross histopatologinya.
KESIMPULAN
Kajian di
atas telah membuka tabir rahasia mengenai keberkhasiatan kulit buah manggis
yang selama ini hanya dibuang saja. Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar
buah manggis disamping Thailand, Malaysia, Myanmar dan Sri Lanka. Sehingga
sangat disayangkan apabila kulit buah manggis tersebut tidak dimanfaatkan
karena sudah terbukti berkhasiat. Di beberapa Negara maju, kulit buah manggis
bahkan sudah dibuat preparat obat tradisional siap pakai misalnya Mangosteen
RX®, Amigo Health Juice®, AmerMed Mangosteen Pericarp® yang kesemuanya
mengandung ekstrak kulit buah manggis. Fakta dan kenyataan di atas mestinya menjadi
pemacu Masyarakat Indonesia (salah satu produsen terbesar buah manggis) untuk memanfaatkan
lebih lanjut kulit buah manggis yang selama ini kita buang saja. Dari uraian di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa kulit buah manggis mempunyai aktivitas farmakologi
antara lain : anti-alergi, antiinflamasi, anti-mikroorganisme, anti-oksidan, anti-kanker,
anti-aterosklerosis maupun anti- HIV. Senyawa paling aktif dalam kulit buah manggis
adalah alfa-mangostin, gammamangostin dan garsinon-E.
DAFTAR
PUSTAKA
Chairungsrilerd N, Furukawa K, Ohta T,
Nozoe S, Ohizumi Y., 1996a, Histaminergic and serotonergic receptor blocking
substances from the medicinal plant Garcinia mangostana, Planta Med., 62(5):471-472.
Chen SX, Wan M, Loh BN., 1996, Active constituents
against HIV-1 protease from Garcinia mangostana, Planta Med.,62(4):381-2.
Chairungsrilerd N, Furukawa K, Ohta T,
Nozoe S,Ohizumi Y., 1996b, Pharmacological properties of alpha-mangostin, a
novel histamine H1 receptor antagonist, Eur J Pharmacol., 314(3):351-356.
Chairungsrilerd N, Furukawa KI, Ohta
T, Nozoe S, Ohizumi Y., 1998, Gamma-mangostin, a novel type of
5-hydroxytryptamine 2A receptor antagonist, Naunyn Schmiedebergs Arch
Pharmacol., 357(1): 25-31
Gopalakrishnan G, Banumathi B, Suresh
G., 1997, Evaluation of the antifungal activity of natural xanthones from
Garcinia mangostana and their synthetic derivatives, J Nat Prod., 60(5):519-524.
Ho CK, Huang YL, Chen CC., 2002,
Garcinone E, a xanthone derivative, has potent cytotoxic effect against
hepatocellular carcinoma cell lines, Planta Med., 68(11):975-979.
ICUC, 2003, Fruit to the Future
Mangosteen, Factsheet, No 8, International Centre for Underutilized
Crops.
Iswari K dan Sudaryono T. 2007. Empat
Jenis Olahan Manggis, Si Ratu Buah Dunia dari Sumbar. Di dalam Tabloid Sinar
Tani. BPTP Sumbar.
Jinsart W, Ternai B, Buddhasukh D,
Polya GM., 1992, Inhibition of wheat embryo calcium-dependent protein kinase
and other kinases by mangostin and gammamangostin, Phytochemistry, 31(11):3711-
3713.
Jujun, P., Taesotikul, W., Pootakham,
K., Duangrat, C., Tharavigitkul, P., Pongpaibul, Y., 2006, Acut and repeated Dose
Toxicities of Garcinia Mangostana Rind extract., Proceedings of 6th National
Symposium on Graduate Research, Graduate School of Chulalongkorn University,
Thailand.
Kresno, S.B., 2001, Imunologi:
Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, 137-145, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Mahabusarakam W, Kuaha K, Wilairat P,
Taylor WC., 2006, Prenylated xanthones as potential antiplasmodial substances, Planta
Med., 72(10):912-916.
Moongkarndi P, Kosem N, Kaslungka S, Luanratana
O, Pongpan N, Neungton N., 2004, Antiproliferation, antioxidation and induction
of apoptosis by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human breast cancer
cell line, J Ethnopharmacol., 90(1):161-166.
Sakagami Y, Iinuma M, Piyasena KG, Dharmaratne
HR., 2005, Antibacterial activity of alpha-mangostin against vancomycin
resistant Enterococci (VRE) and synergism with antibiotics, Phytomedicine,
12(3):203-208.
Subowo, 1993, Imunologi Klinik,
9-35, Angkasa, Bandung.
Suksamrarn S, Suwannapoch N, Phakhodee
W, Thanuhiranlert J, Ratananukul P, Chimnoi N, Suksamrarn A., 2003, Antimycobacterial
activity of prenylated xanthones from the fruits of Garcinia mangostana, Chem
Pharm Bull (Tokyo)., 51(7):857-859.
Weecharangsan W, Opanasopit P, Sukma
M, Ngawhirunpat T, Sotanaphun U, Siripong P., 2006, Antioxidative and neuroprotective
activities of extracts from the fruit hull of mangosteen (Garcinia mangostana
Linn.), Med Princ Pract., 15(4):281-287.
Williams P, Ongsakul M, Proudfoot J,
Croft K, Beilin L., 1995, Mangostin inhibits the oxidative modification of
human low density lipoprotein, Free Radic Res., 23(2):175-184.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar