PENGEMASAN
LOGAM
MAKALAH
oleh :
KELAS A
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengemasan
yaitu suatu media yang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menyimpan
suatu bahan pangan dengan tujuan untuk menjaga kualitas dan umur simpan produk
tersebut. Kemasan dibuat sedemikian rupa untuk mengatasi masalah yang dijumpai dalam
produksi dan distribusi pangan serta dapat memperpanjang masa simpan atau meningkatkan
keamanan pangan atau sifat organoleptik.
Ada
berbagai macam jenis kemasan yang biasa digunakan dalam industri pangan
diantaranya adalah kertas, logam, kaca dan plastik. Penggunaan jenis kemasan
ini disesuaikan dengan sifat dan karakteristik bahan pangan yang akan dikemas.
Salah satu contohnya yaitu pengemasan logam yang digunakan oleh industri
minuman kaleng atau untuk pengalengan ikan.
Banyak
industri yang menggunakan jenis pengemasan ini dikarenakan dapat memperpanjang
umur simpan produk, menjaga kualitas produk dan lebih tahan atau kuat dalam
proses penyimpanan nantinya. Oleh sebab itu dengan adanya makalah ini, akan
menjelaskan sebagian besar tentang pengemasan yang menggunakan logam, baik itu
jenis, kelebihan dan kekurangan, karakteristik, cara pembuatan hingga dampaknya
terhadap kerusakan makanan.
1.2 Tujuan
Tujuan
penyusunan makalah ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang metode pengemasan
dengan menggunakan logam.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengemasan Logam
Pengemasan yaitu suatu media yang berfungsi sebagai
wadah atau tempat untuk menyimpan suatu bahan pangan dengan tujuan untuk
menjaga kualitas dan umur simpan produk tersebut, dalam industri besar terutama
industri pengalengan ikan biasanya menggunakan jenis kemasan logam, hal ini
dikarenakan sifat dan kerakteristik dari bahan pengemas logam yang lebih kuat
dan tahan lama (Eastwood Et al, 2002).
Proses pembuatan
kemasan logam ada 2 cara, yaitu Three
piece can dan Two piece can. Proses
pembuatan kemasan logam ini berdasarkan karakteristik dari logam tersebut yaitu
Penghantar
(konduktor) panas dan listrik yang baik, dapat ditempa atau
dibengkokkan dalam keadaan padat, mempunyai kilap logam, tidak tembus padang, densitas
tinggi, berbentuk padat (kecuali merkuri).
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Jenis Kemasan Logam
Terdapat 8 jenis kemasan logam yaitu tin plate, tin free plate, aluminium, aluminium foil, retort pouch, aerosol logam, tube logam lunak dan drum baja. Dimana
penjelasannya sebagai berikut:
a.
Tin Plate
Tin plate merupakan jenis kemasan logam yang terbuat
dari Plat timah atau tin plate yang berbentuk lembaran atau
gulungan baja yang berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15
– 0.5 mm, dilapisi dengan timah
putih Sn, dengan kandungan timah putih
pada kaleng plat
timah berkisar antara
1.0-1,25% dari berat
kaleng.
b.
Tin Free Steel
Tin free steel merupakan jenis kemasan logam yang
berbentuk lembaran baja yang tidak
dilapisi timah putih, selain itu harganya yang Murah, akan tetapi memiliki daya adhesi terhadap bahan organik yang
baik, Jenis TFS yang paling banyak digunakan untuk
pengalengan makanan adalah jenis Tin Free
Steel Chrome Type
(TFS-CT). Ada 3 tipe dari tin free steel yaitu : Tipe Tin Free
Steel : Tipe MR
(Medium Residual), Tipe
MC
(Medium Metalloids Cold Reduce) dan Tipe L (Low Metalloids).
c.
Aluminium
Merupakan jenis logam yang lebih ringan dari baja
dan memiliki daya korosif rendah serta mudah dibengkokkan. Jenis logam ini
mampu menahan masuknya gas, bahannya tidak berbau dan tidak berasa, akan tetapi
sulit disolder sehingga sambungan tidak rapat.
d.
Aluminium
Foil
Merupakan bahan kemas dari lembaran alumunium
yang padat dan
tipis, aluminium foil memiliki ketebalan <0.15 m dan mempunyai
tingkat kekerasan yang berbeda. Kemasan ini bersifat hermetis, tidak tembus
cahaya, fleksibel, dan dapat dignakan sebagai bahan pelapis atau penguat
dilapisi dengan plastik atau kertas.
e. Retort
Pouch
Jenis Kemasan ini tahan terhadap suhu sterilisasi
dan mempunyai daya simpan yang tinggi, sifatnya kuat, tidak mudah
sobek/tertusuk, dan teknik penutupan mudah, Contoh: PP-Alufo-PET. Penggunaan
alumunium untuk kemasan pangan antara lain untuk produk buah-buahan, produk
sayuran, produk daging, produk ikan, kerang, produk susu dan minuman.
f.
Aerosol
logam
Bahan yang digunakan adalah alumunium, palt timah
dan baja nirkarat. pipa dip umumnya dari plastik, tahan tekanan tinggi (kemasan
pecah pada tekanan >20 atm), kemasan aerosol alumunium untuk produk farmasi
dan parfum, kemasan aerosol plat timah beresiko terjadi karat terutama untuk
produk alkali asam kuat, kemasan aerosol baja nirkarat untuk produk kecil
(mahal), dilapisi enamel (vinil, epoksi).
g.
Tube
Logam Lunak (Collapsible Tube)
Pada Tahun 1841 dikenal tube logam timah putih
(kemasan cat minyak) dan di tahun 1895 digunakan untuk kemasan pasta gigi
(dominan). Biasanya digunakan untuk pangan seperti saus tomat, mayonaise,
mustar. Penggunaan jenis kemasan ini akan mempermudah pengisisan produk, karena
bersifat ringan, tidak mudah pecah, permukaan licin sehingga dekorasi mudah,
mudah ditutup rapat sehingga kontaminasi rendah, bahan bakun terdiri dari logam
yang dapat dilenturkan pada suhu kamar, umumnya timah, timbal dan alumunium.
h.
Drum
Baja
Drum baja /campuran logam biasanya digunakan untuk mengemas
minyak goreng, minyak tanah, bensin dan bahan kimia. Pada drum terdapat simpay
(gelang gelinding) agar mudah dipindahkan, bagian tertutup terdapat dua lubang
yaitu lubang kecil untuk lubang angin dan lubang besar untuk dapat dipasang
kran.
3.2.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Mempunyai
kekuatan mekanik yang tinggi
|
Tidak tembus
pandang
|
Pelindung
yang baik terhadap gas,uap air,jasa renik,debu dan kotoran sehingga cocok
untuk kemasan hermentis
|
Kemasan
harus sempurna tidak penyok
|
Toksisitasnya
relatif rendah meskipun ada kemungkinan migrasi unsur logam ke bahan yang
dikemas
|
Ada
kemungkinan terjadi cemaran logam
|
Tahan
terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yg ekstrim
|
|
Mempunyai
permukaan yang ideal yntuk dekorasi dan pelabelan
|
3.3.
Kerusakan Pada Bahan Pangan
Adapun beberapa kerusakan yang dapat terjadi akibat dari penggunaan
pengemasan logam yaitu:
a.
Hydrogen swell
Terjadi karena adanya
tekanan gas hidrogen yang dihasilkan dari reaksi antara asam pada makanan
dengan logam, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti, meningkatnya
keasaman bahan pangan, meningkatnya suhu penyimpanan, ketidaksempurnaan
pelapisan bagian dalam, proses exhausting tidak sempurna, terdapat komponen terlarut
dari sulfur dan pospat.
b.
Interaksi
antara bahan dasar kaleng dengan makanan
Apabila
terjadi kerusakan yang disebabkan oleh adanya interaksi antara bahan dasar
kaleng dengan makanan, maka akan muncul tanda-tanda seperti, perubahan warna
dari bagian dalam kaleng, perubahan warna pada makanan yang dikemas, off-flavor,
kekeruhan pada sirup, perkaratan atau terbentuknya lubang pada logam serta yang
terjadinya kehilangan gizi.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
a.
Pengemasan logam merupakan teknik pengemasan yang biasa digunakan karena sifat
dari bahan yang kuat serta tahan terhadap berbagai kondisi.
b.
Karakteristik bahan pangan menentukan jenis pengemasan yang akan digunakan.
c.
Proses penyimpanan yang baik sesuai dengan sifat bahan dapat menentukan
keamanan dan umur simpan dari produk tersebut.
4.2
Saran
Perlu dilakukan pendekatan lebih lanjut kepada para
konsumen agar lebih selektif lagi dalam hal memilih bahan pangan yang baik agar
tidak terjadi hal yang tidak di inginkan. Oleh sebab itu pentingnya ilmu
pengetahuan agar wawasan kita bisa bertambah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ares G, Parentelli C, Gámbaro A,
Lareo C, Lema P
(2006) Sensory shelf life of shiitake mushrooms stored under passive modified
atmosphere. Postharvest Biology and Technology41 , 191-197
Boa E (2004) Wild edible fungi a
global overview of their use and importanceto people , FAO, Rome, 148 pp
Chang ST (1999b) World production of cultivated
edible and medicinal mushrooms in 1997 with emphasis on Lentinus edodes
(Berk.) Sing. di Cina. International Journal of Medicinal Mushrooms1
, 291-300
Cheung LM, Cheung PCK, Ooi VCE (2003) Antioxidant activity and
total phenolics of edible mushroom extracts. Food Chemistry81 ,
249-255
Eastwood D, Burton K (2002) Mushrooms – a matter of
choice and spoiling oneself. Microbiology Today29 , 18-19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar